Inilah Madlul Syahadah (Kandungan Dari Kalimat Syahadah) -
Syahadah atau syahadat berasal dari kata syahida, yang berarti âmemberi tahu dengan berita yang pastiâ atau âmengakui apa yang diketahuiâ (Al-Muâjam Al-Wasith). Dari makna bahasa ini, kita mendapati beberapa makna yang diisyaratkan Al-Qurâan tentang kata ini.
1. Ikrar (Al-Iqrar)
Syahadat merupakan sebuah pernyataan (ikrar), yaitu suatu statement seorang muslim mengenai keyakinannya. Ini adalah pernyataan yang sangat kuat karena didukung oleh Allah SWT, malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman). Hal ini sebagaimana dalam firman Allah SWT,
Dalam ayat lain disebutkan bahwa sesungguhnya sebelum manusia dilahirkan, manusia telah berikrar atau memberikan kesaksian bahwa Allah SWT adalah Tuhan para manusia (Tauhid Rububiyatullah). Hal ini diingatkan Allah SWT dalam ayat berikut ini,
Selain itu, para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, seluruhnya telah berikrar mengakui kerasulan Muhammad SAW meskipun mereka hidup sebelum kedatangan Rasulullah SAW. Allah SWT mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,
2. Sumpah (Qosam)
Syahadat juga bermakna sumpah. Sumpah ini merupakan hasil dari ikrar yang telah dijelaskan di atas. Dibalik ikrar, wajib bagi kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan. Oleh karena itu pada hakikatnya sumpah (qosam) adalah pernyataan kesediaan menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan syahadah. Artinya, muslim yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggung-jawab terhadap tegaknya Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka Jahanam.
Jika ditadabburi dalam Al-Qurâan, sesungguhnya orang-orang munafik berlebihan dalam pernyataan syahadahnya, padahal mereka tidak lebih sebagai pendusta. Lihat ayat berikut ini,
Beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya yaitu memberikan wala kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam shalat dan tidak punya pendirian. Sedangkan orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut. Allah SWT berfirman,
âKabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah Telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Qurâan bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: âBukankah kami (turut berperang) beserta kamu?â dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: âBukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?â Maka Allah akan memberi Keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan Ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), Maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.â (QS. An-Nisaâ: 138-145).
3. Perjanjian yang Teguh (Mitsaq)
Syahadah juga merupakan perjanjian yang teguh (mitsaq) yang harus diterima dengan sikap samâan wa thoâatan (kami dengar dan kami taat) didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk.
Allah SWT mengingatkan kita tentang hal ini,
Rasul telah mencontohkan hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qurâan,
Pelanggaran terhadap mitsaq akan berakibat laknat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.
â" Bersambungâ¦
Sumber: http://www.dakwatuna.com/
Syahadah atau syahadat berasal dari kata syahida, yang berarti âmemberi tahu dengan berita yang pastiâ atau âmengakui apa yang diketahuiâ (Al-Muâjam Al-Wasith). Dari makna bahasa ini, kita mendapati beberapa makna yang diisyaratkan Al-Qurâan tentang kata ini.
1. Ikrar (Al-Iqrar)
Syahadat merupakan sebuah pernyataan (ikrar), yaitu suatu statement seorang muslim mengenai keyakinannya. Ini adalah pernyataan yang sangat kuat karena didukung oleh Allah SWT, malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman). Hal ini sebagaimana dalam firman Allah SWT,
Ø´ÙÙÙد٠اÙÙÙÙ'Ù٠أÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙا Ø¥ÙÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙ'ا ÙÙÙÙ ÙÙاÙÙ'Ù
ÙÙÙائÙÙÙØ©Ù ÙÙØ£ÙÙÙÙ٠اÙÙ'عÙÙÙ'Ù
Ù ÙÙائÙÙ
Ùا بÙاÙÙ'ÙÙسÙ'Ø·Ù Û ÙÙا Ø¥ÙÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙ'ا ÙÙÙ٠اÙÙ'عÙزÙÙز٠اÙÙ'ØÙÙÙÙÙ
٠﴿١٨﴾
âAllah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.â (QS. Ali Imran: 18)Dalam ayat lain disebutkan bahwa sesungguhnya sebelum manusia dilahirkan, manusia telah berikrar atau memberikan kesaksian bahwa Allah SWT adalah Tuhan para manusia (Tauhid Rububiyatullah). Hal ini diingatkan Allah SWT dalam ayat berikut ini,
ÙÙØ¥ÙØ°Ù' Ø£ÙØ®Ùذ٠رÙبÙÙ'ÙÙ Ù
Ù٠بÙÙÙ٠آدÙÙ
Ù Ù
Ù٠ظÙÙÙÙرÙÙÙÙ
Ù' Ø°ÙرÙÙ'ÙÙÙ'تÙÙÙÙ
Ù' ÙÙØ£ÙØ´Ù'ÙÙدÙÙÙÙ
Ù' عÙÙÙÙÙ° Ø£ÙÙÙÙسÙÙÙÙ
Ù' Ø£ÙÙÙسÙ'ت٠بÙرÙبÙÙ'ÙÙÙ
Ù' Û ÙÙاÙÙÙا بÙÙÙÙÙ° Û Ø´ÙÙÙدÙ'ÙÙا Û Ø£Ù٠تÙÙÙÙÙÙÙا ÙÙÙÙ'Ù
٠اÙÙ'ÙÙÙÙاÙ
Ùة٠إÙÙÙÙ'ا ÙÙÙÙÙ'ا عÙÙÙ' ÙÙٰذÙا غÙاÙÙÙÙÙÙÙ﴿١٧٢﴾
âDan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): âBukankah Aku Ini Tuhanmu?â mereka menjawab: âBetul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksiâ. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: âSesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)â. (Al-Aâraf: 172).Selain itu, para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, seluruhnya telah berikrar mengakui kerasulan Muhammad SAW meskipun mereka hidup sebelum kedatangan Rasulullah SAW. Allah SWT mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,
ÙÙØ¥ÙØ°Ù' Ø£ÙØ®Ùذ٠اÙÙÙÙ'ÙÙ Ù
ÙÙØ«ÙاÙ٠اÙÙÙÙ'بÙÙÙÙ'ÙÙÙ ÙÙÙ
Ùا آتÙÙÙ'تÙÙÙÙ
Ù
ÙÙ'Ù ÙÙتÙاب٠ÙÙØÙÙÙ'Ù
ÙØ©Ù Ø«ÙÙ
ÙÙ' جÙاءÙÙÙÙ
Ù' رÙسÙÙÙÙ Ù
ÙÙ'صÙدÙÙ'ÙÙ ÙÙÙ'Ù
Ùا Ù
ÙعÙÙÙÙ
Ù' ÙÙتÙؤÙ'Ù
ÙÙÙÙÙÙ' بÙÙÙ ÙÙÙÙتÙÙصÙرÙÙÙÙ'ÙÙ Û ÙÙاÙ٠أÙØ£ÙÙÙ'رÙرÙ'تÙÙ
Ù' ÙÙØ£ÙØ®ÙØ°Ù'تÙÙ
Ù' عÙÙÙÙÙ° Ø°ÙÙ°ÙÙÙÙÙ
Ù' Ø¥ÙصÙ'رÙÙ Û ÙÙاÙÙÙا Ø£ÙÙÙ'رÙرÙ'ÙÙا Û ÙÙاÙÙ ÙÙاشÙ'ÙÙدÙÙا ÙÙØ£ÙÙÙا Ù
ÙعÙÙÙÙ
Ù
ÙÙ'Ù٠اÙØ´ÙÙ'اÙÙدÙÙÙÙ﴿٨١﴾
âDan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: âSungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnyaâ. Allah berfirman: âApakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?â mereka menjawab: âKami mengakuiâ. Allah berfirman: âKalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.â (QS. Ali Imran: 81).2. Sumpah (Qosam)
Syahadat juga bermakna sumpah. Sumpah ini merupakan hasil dari ikrar yang telah dijelaskan di atas. Dibalik ikrar, wajib bagi kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan. Oleh karena itu pada hakikatnya sumpah (qosam) adalah pernyataan kesediaan menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan syahadah. Artinya, muslim yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggung-jawab terhadap tegaknya Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka Jahanam.
Jika ditadabburi dalam Al-Qurâan, sesungguhnya orang-orang munafik berlebihan dalam pernyataan syahadahnya, padahal mereka tidak lebih sebagai pendusta. Lihat ayat berikut ini,
Ø¥ÙØ°Ùا جÙاءÙÙ٠اÙÙ'Ù
ÙÙÙاÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙا ÙÙØ´Ù'ÙÙد٠إÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙ٠اÙÙÙÙ'ÙÙ Û ÙÙاÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙعÙ'ÙÙÙ
٠إÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙØ´Ù'ÙÙد٠إÙÙÙÙ' اÙÙ'Ù
ÙÙÙاÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙاذÙبÙÙÙÙ﴿١﴾اتÙÙ'Ø®ÙØ°ÙÙا Ø£ÙÙÙ'Ù
ÙاÙÙÙÙÙ
Ù' جÙÙÙÙ'Ø©Ù ÙÙصÙدÙÙ'Ùا عÙ٠سÙبÙÙÙ٠اÙÙÙÙ'ÙÙ Û Ø¥ÙÙÙÙ'ÙÙÙ
Ù' سÙاء٠Ù
Ùا ÙÙاÙÙÙا ÙÙعÙ'Ù
ÙÙÙÙÙÙ﴿٢﴾
âApabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: âKami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allahâ. Dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang Telah mereka kerjakan.â (QS. Al-Munafiqun: 1-2)Beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya yaitu memberikan wala kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam shalat dan tidak punya pendirian. Sedangkan orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut. Allah SWT berfirman,
âKabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah Telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Qurâan bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: âBukankah kami (turut berperang) beserta kamu?â dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: âBukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?â Maka Allah akan memberi Keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan Ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), Maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.â (QS. An-Nisaâ: 138-145).
3. Perjanjian yang Teguh (Mitsaq)
Syahadah juga merupakan perjanjian yang teguh (mitsaq) yang harus diterima dengan sikap samâan wa thoâatan (kami dengar dan kami taat) didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk.
Allah SWT mengingatkan kita tentang hal ini,
ÙÙاذÙ'ÙÙرÙÙا ÙÙعÙ'Ù
Ùة٠اÙÙÙÙ'Ù٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙÙ
Ù' ÙÙÙ
ÙÙØ«ÙاÙÙÙ٠اÙÙÙ'Ø°ÙÙ ÙÙاثÙÙÙÙÙÙ
بÙÙ٠إÙØ°Ù' ÙÙÙÙ'تÙÙ
Ù' سÙÙ
ÙعÙ'ÙÙا ÙÙØ£ÙØ·ÙعÙ'ÙÙا Û ÙÙاتÙÙ'ÙÙÙا اÙÙÙÙ'ÙÙ Û Ø¥ÙÙÙÙ' اÙÙÙÙ'Ù٠عÙÙÙÙÙ
٠بÙØ°Ùات٠اÙصÙÙ'دÙÙرÙ﴿٧﴾
âDan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang Telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan, âKami dengar dan kami taati.â dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati(mu).â (Al-Maidah: 7)Rasul telah mencontohkan hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qurâan,
Ø¢Ù
ÙÙ٠اÙرÙÙ'سÙÙÙ٠بÙÙ
Ùا Ø£ÙÙزÙÙ٠إÙÙÙÙÙ'ÙÙ Ù
Ù٠رÙÙ'بÙÙ'ÙÙ ÙÙاÙÙ'Ù
ÙؤÙ'Ù
ÙÙÙÙÙÙ Û ÙÙÙÙÙ' Ø¢Ù
ÙÙ٠بÙاÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙÙ
ÙÙÙائÙÙÙتÙÙÙ ÙÙÙÙتÙبÙÙÙ ÙÙرÙسÙÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙÙÙرÙÙ'Ù٠بÙÙÙ'Ù٠أÙØÙد٠Ù
ÙÙ'٠رÙÙ'سÙÙÙÙÙ Û ÙÙÙÙاÙÙÙا سÙÙ
ÙعÙ'ÙÙا ÙÙØ£ÙØ·ÙعÙ'ÙÙا Û ØºÙÙÙ'رÙاÙÙÙ٠رÙبÙÙ'ÙÙا ÙÙØ¥ÙÙÙÙÙ'Ù٠اÙÙ'Ù
ÙصÙÙر٠﴿٢٨٥﴾
âRasul Telah beriman kepada Al-Qurâan yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): âKami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nyaâ, dan mereka mengatakan: âKami dengar dan kami taat.â (Mereka berdoa): âAmpunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.â (QS. Al-Baqarah: 285).Pelanggaran terhadap mitsaq akan berakibat laknat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.
ÙÙØ¥ÙØ°Ù' Ø£ÙØ®ÙØ°Ù'ÙÙا Ù
ÙÙØ«ÙاÙÙÙÙÙ
Ù' ÙÙرÙÙÙعÙ'ÙÙا ÙÙÙÙ'ÙÙÙÙÙ
٠اÙØ·ÙÙ'Ùر٠خÙØ°ÙÙا Ù
Ùا آتÙÙÙ'ÙÙاÙÙÙ
بÙÙÙÙÙÙ'Ø©Ù ÙÙاسÙ'Ù
ÙعÙÙا Û ÙÙاÙÙÙا سÙÙ
ÙعÙ'ÙÙا ÙÙعÙصÙÙÙ'ÙÙا ÙÙØ£ÙØ´Ù'رÙبÙÙا ÙÙÙ ÙÙÙÙÙبÙÙÙÙ
٠اÙÙ'عÙجÙ'Ù٠بÙÙÙÙÙ'رÙÙÙÙ
Ù' Û ÙÙÙÙ' بÙئÙ'سÙÙ
Ùا ÙÙØ£Ù'Ù
ÙرÙÙÙÙ
بÙÙ٠إÙÙÙ
ÙاÙÙÙÙÙ
Ù' Ø¥ÙÙ ÙÙÙتÙÙ
Ù
ÙÙ'ؤÙ'Ù
ÙÙÙÙÙ٠﴿٩٣﴾
âDan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman), âPeganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!â mereka menjawab, âKami mendengar tetapi tidak mentaati.â Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah, âAmat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).ââ (QS. Al-Baqarah: 93)â" Bersambungâ¦
Sumber: http://www.dakwatuna.com/