Ikhlas Dalam Niat, Hukum dan Keutamaannya (Bagian ke-2) -
2. Keutamaan Niat yang Ikhlas
a. Ikhlas dalam niat sebanding dengan pahala hijrah
Maksudnya hijrah dari mekah, karena Mekah telah menjadi negeri Islam.
Pelajaran dari Hadits:
Di dalam riwayat lain disebutkan, ‘Mereka mendapatkan pahala sebagaimana kalian.’†(Muslim)
Sedangkan Imam Bukhari meriwayatkannya dari jalur Anas RA, “Saat kami pulang dari Perang Tabuk bersama Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Ada beberapa kaum di Madinah, kita tidak melewati lereng gunung atau lembah kecuali mereka selalu bersama kita. Mereka tertahan oleh uzur (sakit atau usia yang sudah tua).’â€
Pelajaran dari Hadits:
Seorang muslim yang benar-benar bertekad ingin berjihad, namun tidak bisa pergi karena alasan syar’i, maka ia mendapatkan pahala jihad.
c. Ditetapkannya pahala karena niat bukan karena amal semata
Pelajaran dari Hadits:
Rasulullah menjawab, ‘Jangan.’
‘Seperdua?’
‘Jangan.’
‘Sepertiga?’
‘Boleh sepertiga. Sepertiga itu sudah banyak. Lebih baik kamu tinggalkan ahli waris dalam keadaan kaya daripada kamu tinggalkan mereka dalam keadaan fakir, dan meminta-minta kepada orang lain. Jika kamu menginfakkan hartamu untuk mencari ridha Allah, kamu akan mendapatkan pahalanya, meskipun itu berupa makanan yang kamu berikan kepada istrimu.’
‘Ya Rasulullah, apakah aku di tinggalkan setelah teman-temanku.’[5]
Rasulullah menjawab, ‘Jika kamu ditinggalkan di Mekah, lalu kamu mengerjakan perbuatan (baik) untuk mencari ridha Allah, derajat dan kemuliaanmu akan ditambah. Semoga engkau tertinggal (di Mekah), sehingga beberapa kaum bisa mengambil manfaat darimu dan beberapa kaum yang lain dirugikan oleh keberadaanmu. Ya Allah, lanjutkan hijrah sahabat-sahabatku dan jangan Engkau kembalikan mereka ke tempat yang mereka tinggalkan. Akan tetapi, orang yang menderita adalah Sa’d bin Khaulah.’â€
Perawi berkata, “Rasulullah SAW memberikan ungkapan belasungkawa kepadanya, karena ia meninggal dunia di Mekah.†(Muttafaq ‘alaih)
Pelajaran dari Hadits:
2. Keutamaan Niat yang Ikhlas
a. Ikhlas dalam niat sebanding dengan pahala hijrah
وَعَنÙ' Ø¹ÙŽØ§Ø¦ÙØ´ÙŽØ©ÙŽ Ø±ÙŽØ¶ÙÙŠÙŽ الله٠عَنÙ'هَا قَالَتÙ' قَالَ النَÙ'بÙÙŠÙÙ' اللَÙ'ه٠صَلَÙ'Ù‰ اللَÙ'ه٠عَلَيÙ'ه٠وَسَلَÙ'Ù…ÙŽ لَا Ù‡ÙØ¬Ù'رَةَ بَعÙ'دَ الÙ'ÙَتÙ'ØÙ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙÙ†Ù' جÙهَادٌ ÙˆÙŽÙ†ÙÙŠÙŽÙ'ةٌ ÙˆÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ اسÙ'تÙÙ†Ù'ÙÙØ±Ù'تÙÙ…Ù' ÙَانÙ'ÙÙØ±Ùوا متÙÙ‚ عليه ومعناه لا هجرة من مكة لأنها صارت دار إسلام
dakwatuna.com - Aisyah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiada hijrah (ke Madinah) setelah penaklukan kota Mekah.[1] Akan tetapi, (yang ada hanya) jihad dan niat.[2] Jika kamu diajak pergi berjihad, pergilah.†(Muttafaq ‘alaih)Maksudnya hijrah dari mekah, karena Mekah telah menjadi negeri Islam.
Pelajaran dari Hadits:
- Jika suatu negara menjadi negara Islam, tidak ada keharusan berhijrah dari negara tersebut.
- Hijrah tetap wajib bagi seorang muslim yang tinggal di negara kafir yang tidak memberikan kesempatan baginya untuk melaksanakan ajaran Islam.
- Seorang muslim harus senantiasa mempunyai niat untuk berjihad, mempersiapkan jihad, dan memenuhi panggilan jihad ketika genderang jihad telah ditabuh.
وَعَنÙ' أَبÙÙŠ عَبÙ'Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‡Ù Ø¬ÙŽØ§Ø¨ÙØ±Ù قَالَ ÙƒÙÙ†ÙŽÙ'ا مَعَ النَÙ'بÙÙŠÙÙ' صَلَÙ'Ù‰ اللَÙ'ه٠عَلَيÙ'ه٠وَسَلَÙ'Ù…ÙŽ ÙÙÙŠ غَزَاة٠Ùَقَالَ Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ' Ø¨ÙØ§Ù„Ù'مَدÙÙŠÙ†ÙŽØ©Ù Ù„ÙŽØ±ÙØ¬ÙŽØ§Ù„ًا مَا Ø³ÙØ±Ù'تÙÙ…Ù' مَسÙيرًا وَلَا قَطَعÙ'تÙÙ…Ù' وَادÙيًا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ'ا كَانÙوا مَعَكÙÙ…Ù' ØÙŽØ¨ÙŽØ³ÙŽÙ‡ÙÙ…Ù' الÙ'مَرَض٠وَ ÙÙÙŠ رÙوَايَة٠إÙÙ„ÙŽÙ'ا شَرÙÙƒÙوكÙÙ…Ù' ÙÙÙŠ الÙ'أَجÙ'رÙ
Abu Abdillah, Jabir bin Abdillah Al-Anshari RA berkata, “Kami bersama Nabi SAW dalam suatu peperangan (Perang Tabuk), lalu beliau bersabda, ‘Di Madinah ada sejumlah laki-laki, kalian tidak menempuh perjalanan atau melewati lembah, kecuali mereka bersama kalian. Mereka tertahan (di rumah) karena sakit.’Di dalam riwayat lain disebutkan, ‘Mereka mendapatkan pahala sebagaimana kalian.’†(Muslim)
Sedangkan Imam Bukhari meriwayatkannya dari jalur Anas RA, “Saat kami pulang dari Perang Tabuk bersama Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Ada beberapa kaum di Madinah, kita tidak melewati lereng gunung atau lembah kecuali mereka selalu bersama kita. Mereka tertahan oleh uzur (sakit atau usia yang sudah tua).’â€
Pelajaran dari Hadits:
Seorang muslim yang benar-benar bertekad ingin berjihad, namun tidak bisa pergi karena alasan syar’i, maka ia mendapatkan pahala jihad.
c. Ditetapkannya pahala karena niat bukan karena amal semata
وَعَنÙ' أبÙÙŠ يَزÙÙŠÙ'دَ مَعÙ'ن٠بÙ'ن٠يَزÙÙŠÙ'دَ بÙ'ن٠الأَخÙ'نَس رَضÙÙŠÙŽ الله٠عَنÙ'Ù‡ÙÙ…Ù' ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ وَأبÙÙˆÙ'ه٠وَجَدÙÙ'ه٠صَØÙŽØ§Ø¨ÙÙŠÙÙˆÙ'Ù†ÙŽ قَالَ كَانَ أَبÙÙŠ يَزÙيد٠أَخÙ'رَجَ دَنَانÙيرَ يَتَصَدَÙ'ق٠بÙهَا Ùَوَضَعَهَا عÙÙ†Ù'دَ رَجÙÙ„Ù ÙÙÙŠ الÙ'مَسÙ'Ø¬ÙØ¯Ù ÙÙŽØ¬ÙØ¦Ù'ت٠ÙَأَخَذÙ'تÙهَا ÙَأَتَيÙ'تÙه٠بÙهَا Ùَقَالَ وَاللَÙ'ه٠مَا Ø¥ÙÙŠÙŽÙ'اكَ أَرَدÙ'ت٠ÙَخَاصَمÙ'تÙه٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ رَسÙول٠اللَÙ'ه٠صَلَÙ'Ù‰ اللَÙ'ه٠عَلَيÙ'ه٠وَسَلَÙ'Ù…ÙŽ Ùَقَالَ Ù„ÙŽÙƒÙŽ مَا Ù†ÙŽÙˆÙŽÙŠÙ'تَ يَا يَزÙيد٠وَلَكَ مَا أَخَذÙ'تَ يَا مَعÙ'ن٠رواه البخاري
Abu Yazid, Ma’n bin Yazid bin Al-Akhnas RA[3] berkata, “Ayahku mengeluarkan beberapa dinar untuk disedekahkan. Ia meletakkannya di dekat seorang laki-laki yang berada di masjid. Aku ambil dinar itu, lalu aku bawa pulang dan kutunjukkan kepada ayah. Ayah berkata, ‘Demi Allah, aku tidak bermaksud menyedekahkannya kepadamu.’[4] Aku (Ma’n) melaporkan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau bersabda, ‘Kamu mendapatkan pahala sesuai yang kamu niatkan, wahai Yazid. Sedangkan kamu, wahai Ma’n, kamu mendapatkan yang kamu ambil.’†(Bukhari)Pelajaran dari Hadits:
- Sedekah boleh diberikan kepada anak atau orang tua, sedangkan zakat, tidak boleh.
- Pemberian sedekah atau zakat boleh diwakilkan.
- Setiap amalan yang diniatkan untuk beribadah baginya pahala
وعن أبي Ø¥Ø³ØØ§Ù‚ سعد بن أبي وقاص مالك بن أهيب بن عبد منا٠بن زهرة بن كلاب بن مرة بن كعب بن لؤى القرشي الزهري رضي الله عنه Ø£ØØ¯ العشرة المشهود لهم بالجنة رضي الله عنهم قال جاءني رسول الله صلى الله عليه وسلم يَعÙودÙÙ†ÙÙŠ عَامَ ØÙŽØ¬ÙŽÙ'ة٠الÙ'وَدَاع٠مÙÙ†Ù' وَجَع٠اشÙ'تَدَÙ' بÙÙŠ ÙÙŽÙ‚ÙÙ„Ù'ت٠إÙÙ†ÙÙ'ÙŠ قَدÙ' بَلَغَ بÙÙŠ Ù…ÙÙ†Ù' الÙ'وَجَع٠مَا تَرَى وَأَنَا ذÙÙˆ مَال٠وَلَا ÙŠÙŽØ±ÙØ«ÙÙ†ÙÙŠ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ'ا ابÙ'نَةٌ لي Ø£ÙŽÙَأَتَصَدَÙ'Ù‚Ù Ø¨ÙØ«ÙÙ„ÙØ«ÙŽÙŠÙ' مَالÙÙŠ قَالَ لَا ÙÙŽÙ‚ÙÙ„Ù'ØªÙ Ø¨ÙØ§Ù„Ø´ÙŽÙ'Ø·Ù'ر٠Ùَقَالَ لَا Ø«ÙÙ…ÙŽÙ' قَالَ الثÙÙ'Ù„ÙØ«Ù وَالثÙÙ'Ù„ÙØ«Ù ÙƒÙŽØ«Ùيرٌ Ø£ÙŽÙˆÙ' كَبÙيرٌ Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ'ÙƒÙŽ Ø¥ÙŽÙ†Ù' تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغÙ'Ù†Ùيَاءَ خَيÙ'رٌ Ù…ÙÙ†Ù' Ø£ÙŽÙ†Ù' تَذَرَهÙÙ…Ù' عَالَةً يَتَكَÙÙŽÙ'ÙÙونَ النَÙ'اسَ ÙˆÙŽØ¥ÙÙ†ÙŽÙ'ÙƒÙŽ Ù„ÙŽÙ†Ù' تÙÙ†Ù'ÙÙÙ‚ÙŽ Ù†ÙŽÙَقَةً تَبÙ'تَغÙÙŠ بÙهَا وَجÙ'Ù‡ÙŽ اللَÙ'ه٠إÙÙ„ÙŽÙ'ا Ø£ÙØ¬ÙرÙ'تَ بÙهَا ØÙŽØªÙŽÙ'Ù‰ مَا تَجÙ'عَل٠ÙÙÙŠ ÙÙÙŠ امÙ'رَأَتÙÙƒÙŽ ÙÙŽÙ‚ÙÙ„Ù'ت٠يَا رَسÙولَ اللَÙ'Ù‡Ù Ø£ÙØ®ÙŽÙ„ÙŽÙ'Ù٠بَعÙ'دَ أَصÙ'ØÙŽØ§Ø¨ÙÙŠ قَالَ Ø¥ÙÙ†ÙŽÙ'ÙƒÙŽ Ù„ÙŽÙ†Ù' ØªÙØ®ÙŽÙ„ÙŽÙ'ÙÙŽ ÙَتَعÙ'Ù…ÙŽÙ„ÙŽ عَمَلًا ØµÙŽØ§Ù„ÙØÙ‹Ø§ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ'ا ازÙ'دَدÙ'تَ بÙه٠دَرَجَةً وَرÙÙÙ'عَةً Ø«ÙÙ…ÙŽÙ' لَعَلَÙ'ÙƒÙŽ Ø£ÙŽÙ†Ù' ØªÙØ®ÙŽÙ„ÙŽÙ'ÙÙŽ ØÙŽØªÙŽÙ'Ù‰ ÙŠÙŽÙ†Ù'تَÙÙØ¹ÙŽ Ø¨ÙÙƒÙŽ Ø£ÙŽÙ‚Ù'وَامٌ ÙˆÙŽÙŠÙØ¶ÙŽØ±ÙŽÙ' بÙÙƒÙŽ آخَرÙونَ اللَÙ'Ù‡ÙÙ…ÙŽÙ' Ø£ÙŽÙ…Ù'Ø¶Ù Ù„ÙØ£ÙŽØµÙ'ØÙŽØ§Ø¨ÙÙŠ Ù‡ÙØ¬Ù'رَتَهÙÙ…Ù' وَلَا ØªÙŽØ±ÙØ¯ÙŽÙ'Ù‡ÙÙ…Ù' عَلَى أَعÙ'قَابÙÙ‡ÙÙ…Ù' Ù„ÙŽÙƒÙÙ†Ù' الÙ'Ø¨ÙŽØ§Ø¦ÙØ³Ù سَعÙ'د٠بÙ'ن٠خَوÙ'لَةَ يَرÙ'Ø«ÙÙŠ لَه٠رَسÙول٠اللَÙ'ه٠صَلَÙ'Ù‰ اللَÙ'ه٠عَلَيÙ'ه٠وَسَلَÙ'Ù…ÙŽ Ø£ÙŽÙ†Ù' مَاتَ بÙÙ…ÙŽÙƒÙŽÙ'ةَ متÙÙ‚ عليه
Abu Ishaq, Sa’d bin Abi Waqqash Malik bin Uhaib bin Abdi Manaf RA (satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga) berkata, “Pada tahun Haji Wada’, Rasulullah mengunjungiku yang sedang sakit parah. Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, sakitku sangat parah. Aku adalah orang yang kaya, sedangkan ahli warisku hanya seorang anak perempuanku. Apakah aku boleh menyedekahkan dua per tiga hartaku?’Rasulullah menjawab, ‘Jangan.’
‘Seperdua?’
‘Jangan.’
‘Sepertiga?’
‘Boleh sepertiga. Sepertiga itu sudah banyak. Lebih baik kamu tinggalkan ahli waris dalam keadaan kaya daripada kamu tinggalkan mereka dalam keadaan fakir, dan meminta-minta kepada orang lain. Jika kamu menginfakkan hartamu untuk mencari ridha Allah, kamu akan mendapatkan pahalanya, meskipun itu berupa makanan yang kamu berikan kepada istrimu.’
‘Ya Rasulullah, apakah aku di tinggalkan setelah teman-temanku.’[5]
Rasulullah menjawab, ‘Jika kamu ditinggalkan di Mekah, lalu kamu mengerjakan perbuatan (baik) untuk mencari ridha Allah, derajat dan kemuliaanmu akan ditambah. Semoga engkau tertinggal (di Mekah), sehingga beberapa kaum bisa mengambil manfaat darimu dan beberapa kaum yang lain dirugikan oleh keberadaanmu. Ya Allah, lanjutkan hijrah sahabat-sahabatku dan jangan Engkau kembalikan mereka ke tempat yang mereka tinggalkan. Akan tetapi, orang yang menderita adalah Sa’d bin Khaulah.’â€
Perawi berkata, “Rasulullah SAW memberikan ungkapan belasungkawa kepadanya, karena ia meninggal dunia di Mekah.†(Muttafaq ‘alaih)
Pelajaran dari Hadits:
- Boleh mengeluhkan sakit yang diderita jika ada alasan yang dibenarkan, seperti untuk pengobatan atau minta didoakan oleh orang yang shalih.
- Boleh mengumpulkan harta dari sumber yang halal selama kewajiban harta tersebut ditunaikan.
- Orang yang sakit menjelang mati tidak diperbolehkan menyedekahkan atau mewasiatkan hartanya lebih dari sepertiga, kecuali mendapat izin dari ahli waris.
- Amal seorang muslim akan mendapatkan pahala sesuai niatnya.
- Memberikan nafkah kepada keluarga akan mendapatkan pahala ketika diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT.