Embargo Minyak Iran, Berhasilkah AS?

Image634635002374843750Di tengah sikap arogan Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang menjatuhkan sanksi terhadap minyak Republik Islam Iran, muncul berbagai kekhawatiran atas kebijakan ini. Kekhawatiran ini pun memaksa Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan peringatan atas dampak negatif dari sanksi anti minyak Iran. IMF memperingatkan, jika impor minyak dari Iran dihentikan akibat sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat dan Uni Eropa, maka harga minyak mentah dunia diperkirakan akan melonjak 20 hingga 30 persen.

Dalam laporannya tersebut IMF menjelaskan, eskalasi tekanan Barat terhadap Iran atas program nuklirnya, menjadi ancaman serius bagi perekonomian dunia yang saat ini sudah morat-marif. IMF dalam menekankan bahwa sanksi meluas minyak mentah Iran itu berarti penghapusan satu setengah juta barel minyak mentah perharinya dari pasar dunia. Padahal tidak satu negara pengekspor minyak pun di dunia yang mampu menutupi kekosongan tersebut, terlebih lagi dalam kondisi saat ini.

Di saat kekhawatiran ini kian menguat, Arab Saudi lagi-lagi tampil berusaha menjadi penyelamat dunia. Melalui Menteri Perminyakannya, Ali al-Naimi, Arab Saudi mengklaim dapat dengan mudah meningkatkan produksi minyaknya untuk menggantikan pasokan dari Iran. Al-Naimi menegaskan, "Saya yakin kami bisa meningkatkan produksi hingga 11,4-11,8 juta barel per hari dengan cepat, kami hanya tinggal membuka katupnya. Untuk mencapai 700 juta ke atas, mungkin kami perlu waktu sekitar 90 hari."

Patut dicatat setiap harinya, Iran mengekspor 2,2 juta barel ke seluruh dunia. Embargo minyak Iran dikhawatirkan menyebabkan beberapa negara kekurangan pasokan minyak. Ditanya apakah Saudi mampu target ini, Naimi mengatakan negaranya memiliki kapasitas minyak cadangan yang pastinya dapat mengisi kekosongan.

Sementara itu, Ketua Kilang Minyak Italia, Piero De Simone mengatakan, sanksi anti minyak Iran oleh Uni Eropa akan memaksa penutupan sekitar 70 kilang minyak Eropa. "Negara-negara Asia  ketika membeli minyak murah dari Iran dan menjual produk mereka kepada kita maka hal ini sama halnya menutup kilang minyak Eropa," ungkap Piero De Simone. Ia menambahkan saat ini lima kilang minyak Italia terancam diliburkan dan di seluruh Eropa saya prediksikan sekitar 70 kilang minyak lainnya akan ditutup.

Kini Kilang Minyak Petroplus Holdings yang memiliki lima reaktor besar di Eropa menyatakan bangkrut karena krisis hutang. Ia pun menepis anggapan suplai minyak dari Arab Saudi dapat menutupi krisis ini. Menurutnya, meski kilang minyak Eropa membeli minyak dari Arab Saudi dan Rusia untuk mengganti minyak Iran, maka penutupan kilang minyak di Eropa tetap akan terjadi mengingat murahnya produk negara-negara Asia. "Iran akan menjual minyaknya tanpa batas dan saya yakin Tehran akan menemukan pembeli," tegas De Simone.

Dengan demikian permainan AS dan Eropa untuk menekan Iran sepertinya akan kembali gagal, mengingat Iran berulang kali menegaskan bahwa mereka memiliki pembeli lain. Di Asia Iran masih memiliki pembeli seperti India dan Korea Selatan serta sejumlah negara lainnya. Dengan terang-terangan Menteri Luar Negeri India mengatakan, New Delhi akan terus mengimpor minyak dari Tehran, dan tidak perlu mengindahkan kebijakan Washington yang mencari dukungan terhadap sanksi AS pada sektor minyak Iran. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengungkapkan kesulitan besar yang dihadapi Seoul untuk mencari pemasok baru menggantikan minyak mentah Iran. Statemen ini mengemuka di tengah meningkatnya tekanan Washington terhadap Korsel terkait penerapan sanksi AS baru terhadap Tehran. Sejumlah negara Eropa seperti Italia dan Spayol serta Yunani juga menolak pemberlakukan sanksi minyak Iran.