Inilah Prinsip-Prinsip Imam Asy-Syafi'i Dalam Beragama -
بسÙ
اÙÙ٠اÙرØÙ
٠اÙرØÙÙ
إ٠اÙØÙ
د ÙÙÙ ÙØÙ
د٠ÙÙستعÙÙÙ ÙÙستغÙر٠ÙÙتÙب Ø¥ÙÙÙØ ÙÙعÙØ° باÙÙÙ Ù
٠شرÙر Ø£ÙÙسÙا ÙسÙئات أعÙ
اÙÙØ§Ø Ù
Ù ÙÙد٠اÙÙÙ ÙÙا Ù
ض٠ÙÙØ ÙÙ
Ù ÙضÙÙ ÙÙا Ùاد٠ÙÙ.
ÙأشÙد Ø£Ù Ùا Ø¥Ù٠إÙا اÙÙÙ ÙØد٠Ùا شرÙÙ ÙÙØ ÙأشÙد Ø£Ù Ù
ØÙ
دا عبد٠ÙرسÙÙ٠صÙ٠اÙÙ٠عÙÙÙ ÙسÙÙ
ÙعÙ٠آÙÙ ÙأصØاب٠أجÙ
عÙÙØ Ø£Ù
ا بعد:
Tidak diragukan bahwa Imam Syafiâi â"rahimahullah- adalah salah seorang ulama besar yang karismatik yang namanya tidak asing lagi bagi kaum muslimin, beliau termasuk sosok ulama pembaharu agama yang mempunyai jasa besar dan memiliki usaha yang mulia lagi berkah dalam mengajak umat untuk kembali kepada Al Qurâan dan Sunnah dan mendidik mereka diatas landasan Tarbiyah dan Tashfiyah.
Manhaj Imam Syafiâi dalam aqidah dan prinsip-prinsip beliau dalam beragama adalah manhaj dan prinsip Ahlusunnah wal jamaâah, tidak ada perbedaan, mereka mengambil dari sumber yang sama, yaitu Al Qurâan dan Sunnah, oleh karenanya perkataan Imam Syafiâi dan perkataan imam-imam Ahlusunnah yang lain seperti Imam Ahmad Bin Hambal, Malik, Abu Hanifah, Al Auzaaâi, Ats Tsauri, Sufyan Bin âUyainah, Abdullah Bin Mubaarok dan yang lain tentang aqidah dan prinsip-prinsip beragama adalah sama tidak ada kontradiksi dan perbedaan kecuali dalam redaksinya saja[1].
Betapa bagusnya ungkapan Imam Abu Mudzoffar As Samâaani â"beliau adalah salah seorang ulama Syafiâiyah- yang mengatakan: âJika kamu memperhatikan/membaca seluruh kitab-kitab karya mereka (Ahlussunnah) dari pertama sampai terakhir, yang klasik dan kontemporer, sedang zaman mereka berbeda dan tempat tinggalnya berjauhan, masing-masing tinggal di tempat yang terpisah, niscaya kamu dapatkan mereka dalam menjelaskan aqidah (prinsip-prinsip agama) dengan metode yang sama dan cara yang tidak berbeda, mereka mengikuti sebuah metode yang tidak akan melenceng dan condong darinya, perkataan mereka dalam hal tersebut satu, kamu tidak dapatkan kontradiksi dan perbedaan diantara mereka dalam suatu perkara sedikitpun, bahkan jika kamu kumpulkan apa yang keluar dari mulut mereka dan apa yang mereka nukilkan dari salaf (pendahulu) mereka, niscaya kamu dapati seolah-olah hal (perkataan) itu keluar dari satu hati dan muncul dari satu lisanâ[2].
Adakah bukti yang lebih nyata yang menjelaskan akan kebenaran dari pada ini? Nah, apakah rahasia dan penyebab yang menjadikan mereka bersatu dalam aqidah dan prinsip-prinsip beragama? Tiada lain kecuali karena mereka semuanya mengambil agama dari sumber yang satu, yaitu Al Qurâan dan Sunnah, adapun orang-orang yang mengambil aqidah dan agamanya dari selain Al qurâan dan Sunnah, seperti akal, logika dan mimpi, maka mereka selalu dalam perselisihan yang tajam dan kontradiksi yang dahsyat, habis umur mereka akan tetapi tidak pernah bersatu dalam aqidah dan prinsip-prinsip beragama, kamu menyangka mereka bersatu tetapi hati mereka bercerai-berai dan bermusuhan, tentu ini adalah bukti kebatilan yang nyata dan kesesatan yang jauh, Allah Taâala berfirman:
ÙÙÙÙÙÙ' ÙÙاÙÙ Ù
ÙÙÙ' عÙÙد٠غÙÙÙ'ر٠اÙÙÙ'ÙÙ ÙÙÙÙجÙدÙÙاÙ' ÙÙÙÙ٠اخÙ'تÙÙاÙÙا٠ÙÙØ«ÙÙرا٠اÙÙساء: ٨٢
âKalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnyaâ.
Inilah pertanda ahlu bidâah dan seluruh sekte yang menyimpang dari sunnah, mereka selalu dalam pertentangan yang berkepanjangan, adapun Ahlussunnah wal jamaâah apa yang mereka tulis dan katakan semuanya sama, tidak ada pertentangan dalam kandungan dan maknanya, oleh karenanya jika anda membaca kitab yang menjelaskan aqidah imam Syafiâi, atau kitab yang ditulis oleh Imam Ahmad Bin Hambal dalam aqidah, atau kitab yang ditulis oleh Syeikhul islam Ibnu Taimiyah dan yang ditulis oleh Syeikh Muhammad Bin Abdulwahhab tentang aqidah atau kitab yang ditulis oleh salah seorang ulama Ahlussunnah dizaman sekarang ini, niscaya anda akan mendapatkan aqidah yang sama dan prinsip-prinsip agama yang tidak berbeda dan berobah.
Aqidah Imam Syafiâi dan prinsip-prinsip beragama beliau adalah aqidah dan prinsip beragama ulama Syafiâiyyah yang berjalan diatas manhaj Imam mereka dan yang setia menelusuri jejak beliau yang selamat dari bermacam bentuk bidâah dan syubuhat.
Kemudian sebagaimana yang dimaklumi, bahwa zaman Imam Syafiâi adalah awal munculnya bidâah ilmu kalam dan bidâah shufiyyah, keduanya adalah bidâah yang sangat berbahaya, ilmu kalam merusak pemikiran dan keilmuan seseorang dan bidâah shufiyah merusak akhlak dan ibadahnya.
Maka dengan penuh kecintaan kepada agama Allah yang mulia ini dan semangat untuk memperjuangkan sunnah Rasulullah shalallahuâalaihi wasallam serta kesungguhan yang besar untuk memberikan nasehat kepada kaum muslimin, Imam Syafiâi bangkit dengan keilmuan yang beliau miliki untuk menghujat, membantah dan meng-counter seluruh bidâah yang muncul di zamannya, sehingga beliau dikenal dikalangan ulama ahlusunnah sebagai seorang imam pembela/pejuang sunnah yang memiliki ketegasan dan kebencian yang dalam terhadap ilmu kalam, sampai sampai beliau mengatakan: âHukumku bagi ahli kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, dan ninaikkan diatas unta kemudian dia dikelilingkan ke kampung seraya dikatan kepada khalayak: inilah kukuman bagi orang orang yang perpaling dari Al Qurâan dan Sunnah lalu menuju ilmu kalam/filsafatâ[3].
Akan tetapi yang sangat mengherankan, munculnya di tengah masyarakat yang menisbatkan diri kepada mazhab imam Syafiâi, orang orang yang menekuni dan mempelajari ilmu kalam, bahkan mereka mendirikan lembaga lembaga pendidikan yang berasaskan kepada aqidah ahlulkalam dan filsafat. Fenomena ini tidak khusus pada para pengikut mazhab imam Syafiâi saja, tetapi juga para pengikut mazhab yang lain, sementara seluruh para imam tersebut telah sepakat dalam mencela dan mengingkari ilmu kalam dan filsafat.
Dan yang sangat aneh bin ajaib lagi, munculnya dikalangan Syafiâiyyah mutakhirin orang orang yang menulis kitab berdasarkan aqidah ahlulkalam kemudian mereka menisbatkan hal itu kepada imam Syafiâi seraya berkata: âIni adalah aqidah imam Syafiâiâ, tentu ini adalah kebohongan yang sangat nyata. Inilah sebenarnya faktor utama yang menyebabkan munculnya kerancuan dan kebimbangan bagi para pemula dalam menuntut ilmu dalam mempalajari aqidah dan prinsip-prinsip beragama imam Syafiâi, sementara aqidah beliau adalah aqidah dan prinsip-prinsip dasar para imam Ahlussunnah yang lain sebagaimana yang telah diutarakan diatas.
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang dua orang â"keduanya bermazhab Syafiâi- yang berbeda pendapat dalam masalah aqidah, yang satu mengatakan: âBarangsiapa yang tidak meyakini bahwa Allah berada di langit, maka ia telah sesatâ. Yang kedua mengatakan: âSesungguhnya Allah tidak berada disuatu tempatâ. Maka jelaskan kepada kami apa yang harus diikuti dari aqidah imam Syafiâi dan yang benar dari perkataan diatas? Beliau menjawab:
âAqidah imam Syafiâi dan aqidah para (ulama) salaf seperti (imam) Malik, At Tsauri, Al Auzaaâi, Ibnu Mubarok, Ahmad Bin Hambal, Ishaq Bin Rohawaih, dan ia adalah aqidah para masyaayekh yang diikuti, seperti Fudhail Bin âIyaadh, Abu Sualaiman Ad Daaraani, Sahl Bin Abdullah At Tasturi dan yang lain, maka sesungguhnya tidak ada antara para imam tersebut dan yang lain perbedaan/pertentangan dalam perkara ushuluddin (aqidah). Begitu juga Imam Abu Hanifah, maka aqidah yang tetap dari beliau dalam (permasalahan) tauhid dan qadar dan yang semisalnya sesuai dengan aqidah para imam tersebut. Dan aqidah mereka adalah apa yang diikuti/diamalkan oleh para shahabat dan tabiâin yang mengikuti mereka dengan baik, yaitu apa yang di katakan oleh Al Qurâan dan Sunnahâ â"kemudian Syekhul Islam menukil perkataan imam Syafiâi, Ahmad dan Malik tentang aqidah- kemudian berkata : Maka barangsiapa yang berbicara tentang Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan sesuatu yang menyelisihi Al Qurâan dan Sunnah, maka ia termasuk kepada orang orang yang bebicara tetang ayat-ayat Allah dengan batil, dan mayoritas dari mereka (ahlulbidâah) menisbatkan kepada para imam kaum muslimin apa yang tidak mereka katakan, mereka menisbatkan kepada imam Syafiâi, Ahmad Bin Hambal, Malik dan Abu Hanifah aqidah-aqidah yang tidak mereka katakan/yakini, seraya berkata kepada para pengikut mereka: ini adalah aqidah imam si fulan, tetapi jika mereka diminta untuk mendatangkan nukilan (perkataan) yang shohih dari para imam tersebut nyatalah kebohongan merekaâ[4].
Inilah adalah sebuah kaedah yang harus digunakan untuk menghujat setiap orang yang menisbatkan kepada para imam Ahlussunnah -diantaranya imam Syafiâi- aqidah yang tidak mereka yakini dan prinsip yang tidak mereka amalkan, kita menuntut mereka untuk mendatangkan nukilan-nukilan yang shohih dari para imam tersebut, jika mereka tidak mampu mendatangkannya maka jelaslah kebatilan penisbatan tersebut dan nyatalah kebohongan para pelakunya.
Oleh karana itu pengikut sejati imam Syafiâi adalah orang orang yang mengikuti mazhab beliau dalam permasalahan ushuluddin (aqidah) dan permasalahan fiqih dan tidak membedakan antara keduannya, adapun orang yang menisbatkan diri kepadanya dalam permasalah fiqih, tetapi menyelisihiya dalam permasalahan aqidah dan prinsip-prinsip beragama, atau mengadopsi mazhab gado-gado, seperti ungkapan sebagian mereka:âmazhabku adalah mazhab Syafiâi, tarekatku adalah tarekat Qodiriyah atau Naqasyabandiyah dan aqidahku adalah aqidah Asyâariyahâ, tentu ini adalah pernyataan yang aneh dan kontradiksi yang nyata, dan Imam Syafiâi tentu berlepas diri dari orang yang seperti ini, sebab tidak pernah beliau beraqidah Asyâariyah dan mengikuti tarekat-tarekat shufiyyah, terekat beliau adalah Tarekat Rasulullah shalallahuâalaihi wasallam, beliau tiada lain kecuali seorang Sunni Salafi dalam aqidah, ibadah, fiqih dan akhlak.
Imam Al Karaji (wafat: 532H) â"beliau adalah salah seorang ulama Syafiâyyah- telah mencela dan mengingkari dengan keras sikap warna-warni seseorang dalam beragama seraya mengatakan: âMaka mengikuti mazhab salah seorang imam (dalam fiqih) dan meyelisihinya dalam aqidah, demi Allah ini merupakan kemungkaran secara syariâat dan akal, maka barangsiapa yang mengatakan: saya bermazhab Syafiâi dan beraqidah Asyâari, maka kita katakan: ini adalah sikap/pernyataan yang kontradiksi, bahkan merupakan menyimpangan dan kesesatan, karena tidak pernah Syafiâi beraqidah Asyâariâ[5].
Dan Imam Abu Mudzoffar As Samâaani berkata: âTidak pantas bagi seorangpun memperjuangkan mazhab Syafiâi dalam permasalahan furuâiyyah (fiqih) kemudian meninggalkan manhajnya dalam aqidahâ[6].
Berangkat dari kenyataan dan fenomena diatas, maka merupakan kewajiban utama dan pertama bagi setiap individu muslim, untuk mempelajari aqidah Ahlussunnah dan prinsip-prinsip beragama mereka, yang merupakan prinsip beragama seluruh imam ahlussunnah, dan mewaspadai aqidah-aqidah yang sesat dan prinsip-prinsip yang batil yang dinisbatkan kepada mereka. Inilah diantara faktor utama yang mendorong para ulama, masyayekhdan tholabatulâilmi untuk menulis kitab-kitab yang mengumpulkan perkataan perkataan para imam Ahlussunah dalam aqidah dan prinsip-prinsip beragama mereka, termasuk dalam hal ini Imam Asy Syafiâi â"rahimahullah-.
Diantara kitab yang mengupas dan menjelaskan aqidah Imam Syafiâi sebagai berikut:
1- âÙ
Ùاز٠اÙأئÙ
Ø© اÙأربعةâ, Karangan Imam Abu Zakariya Yahya Bin Ibrahim As Salmaasi (wafat: 505 H) â"beliau salah seorang ulama Syafiâiyyah-, Dalam kitab ini beliau menjelaskan biografi singkat setiap imam, kemudian menukil perkataan mereka tentang aqidah dan prinsip-prinsip beragama. Kitab ini telah dicetak dengan tahqiq DR. Mahmud Kedah. Cet. Universitas Islam Madinah.
2- âاÙÙصÙÙ Ù٠اÙأصÙ٠ع٠اÙأئÙ
Ø© اÙÙØÙ٠إÙزاÙ
ا ÙØ°Ù٠اÙبدع ÙاÙÙضÙÙâ, Karangan Imam Abul Hasan Al Karji (wafat : 532 H) â"beliau salah seorang ulama Syafiâiyyah-. Dalam kitab ini beliau menukil perkataan sebagian imam Ahlussunnah dalam aqidah, diantaranya: Imam Syafiâi, Ahmad, Malik, Bukhari, Ibnu âUyainah, At Tsuari, Ibnu Mubarok, Laits Bin Saâad, Ishak Bin Rahawaih dan yang lain, tujuan beliau menukil dari para imam tersebut untuk membantah dan menghujat orang orang yang menisbatkan diri kepada seorang imam dalam masalah fiqih dan menyelisihinya dalam masalah aqidah, karena ini adalah kesesatan yang nyata dan kemungkaran yang besar. Kitab ini belum ditemukan, akan tetapi sebagian dari pembahasanya telah dinukil oleh Syekhul islam Ibnu Taimiyyah dalam sebagian kitabnya (lihat: Majmuâ fatawa: 4/175-177).
3- âعÙÙدة اÙشاÙعÙâ, Karangan Al âAllaamah Muhammad Bin Rasul Al Barzanji (wafat: 1103 H) â"beliau adalah salah seorang ulama Syafiâiyyah-, kitab ini telah dicetak dengan tahqiq oleh Syekh Muhammad Bin Abdurrahman Al Khumaiyyis.
4- âاعتÙاد اÙأئÙ
Ø© اÙأربعةâ, karangan Syekh DR. Muhammad Bin Abdurrahman Al Khumaiyyis, kitab ini telah cetak.
Beliau juga menulis makalah tentang (عÙÙدة اÙØ¥Ù
اÙ
أب٠عبد اÙÙÙ Ù
ØÙ
د ب٠إدرÙس اÙشاÙعÙ) dan telah di muat dalam majallah Al Buhuuts islamiyyah, Riyadh, edisi 64 (hal: 193-251).
5- âÙ
ÙÙج اÙØ¥Ù
اÙ
اÙشاÙع٠Ù٠إثبات اÙعÙÙدةâ, karangan Syaikhuna Syaikh DR. Muhammad Bin Abdulwahhab Al Aqiil â"hafidzahullah-, sebuah disertasi yang beliau tulis di Universitas Islam Madina, ia telah dicetak dan di terjemahkan kedalam bahasa indonesia.
Aqidah Imam Syafiâi dan prinsip-prinsip beragama beliau adalah aqidah dan prinsip yang diikuti oleh ulama Syafiâiyah yang setia berjalan diatas manhaj/mazhab imam mereka yang selamat dari syubuhat dan syahawat.
Mereka mempunyai peran besar dan usaha yang mulia sejak awal abad ketiga hijriyah dalam meperjuangkan dan menghidupkan sunnah serta berdakwah kepada aqidah salafiyah, mencela bidâah dan mengingkarinya, mereka adalah para ulama besar yang karismatik dan para imam yang mulia yang di kenal dengan loyalitas tinggi, pengagungan yang besar dan kecintaan yang dalam kepada sunnah dan ahlinya, mereka telah menghabiskan umur dan waktu untuk menebarkan aqidah Ahlussunnah Wal jamaâah dan mengajak umat untuk berpegang teguh kepada Al Qurâan dan Sunnah berdasarkan manhaj salafus sholeh, dan mengingkari bemacam bentuk bidâah dan menghujat para pelakunya dengan menggunakan bermacam fasilitas dan sarana yang syarâi, terkadang dengan pendidikan dan dakwah dan terkadang dengan menulis tentang sunnah yang mencakup penjelasan tentang aqidah ahlussunnah dan bantahan terhadap ahlulbidâah dan lain-lain, hal itu mereka lakukan tiada lain kecuali ingin mengharapkan ridho Allah dan sebagai aplikasi terhadap makna nasehat kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kaum muslimin.
Berikut sebagian nama-nama ulama Syafiâiyyah yang setia mengikuti manhaj dan mazhab Imam Syafiâi dalam aqidah dan fiqih, dan sebagian dari karya tulis mereka tentang sunnah (aqidah) dan pengingkaran terhadap bidâah dan aqidah-aqidah sempalan yang muncul dalam kehidupan kaum muslimin.
Akan tetapi sebelumnya perlu di ketahui, bahwa yang di maksud dengan sunnah disini adalah jalan dan pola hidup Rasulullah â"shalallahuâalaihi wasallam- yang mencakup permasalahan aqidah dan ibadah, dan yang lebih khusus permasalahan-permaslahan yang berkaitan dengan aqidah. Inilah pengertian sunnah yang masyhur di kalangan salafus sholeh.
Syekhul islam Ibnu Taimiyah berkata: âDan lafadz sunnah dalam perkataan salaf mencakup sunnah dalam permasalahan ibadah dan permasalahan aqidah, sekalipun mayoritas (ulama) yang menulis tentang sunnah bermaksud pembahasan tentang aqidahâ[7].
Dan Imam Ibnu Rajab berkata â"setelah menukil sebagian perkataan ulama salaf tentang sunnah-: âDan maksud para ulama tersebut tentang sunnah adalah jalan Nabi â"shalallahuâalaihi wasallam- yang di ikuti beliau dan para shahabatnya, yang selamat dari syubuhat dan syahawat, â¦kemudian istilah sunnah itu di kalangan mayoritas ulama mutaâakhirin dari kalangan ahlulhadits dan yang lain dikenal dengan : sesuatu yang selamat dari syubuhat, terkhusus yang berkaitan dengan permasalahan iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan hari akhirat, begitu juga yang berkaitan dengan masalah taqdir, keutamaan para shahabat, mereka telah menulis dalam keilmuan ini kitab kitab yang mereka beri judul dengan âAs sunnahâ, mereka mengkhususkan ilmu ini dengan nama sunnah kerena permasalahannya sangat urgen dan berbahaya sehingga orang yang menyelisihinya akan terjerumus kejurang kebinasaan (kesesatan), adapun sunnah dengan pengertian yang sempurna adalah jalan yang selamat dari syubuhat dan syahawatâ[8].
Berikut diantara nama ulama Syafiâiyyah dan karya tulis mereka tentang sunnah dan aqidah:
1- Imam Abu Bakr Al Humaidi (wafat th. 219 H). Beliau mempunyai kitab tentang aqidah yang berjudul ( أصÙ٠اÙسÙØ©), kitab ini telah di cetak.
2- Imam Abdulaziz Al Kinaani (wafat th. 240 H), beliau mempunyai kitab yang berjudul (اÙØÙدة ÙاÙاعتذار Ù٠اÙرد عÙÙ Ù
Ù Ùا٠بخÙ٠اÙÙرآÙ), sebagai membantahan terhadap orang orang yang mengatakan Al Qurâan adalah makhluk, dan ia telah dicetak.
3- Imam Ismail Bin Yahya Al Muzani â"murid senior Imam Syafiâi- (wafat th. 264H), beliau menulis kitab tentang aqidah yang berjudul (Ø´Ø±Ø Ø§ÙسÙØ©), telah di cetak.
4- Imam Utsman Bin Saâid Ad Daarimi (wafat th. 282H), beliau menulis dua bua kitab yang sangat bagus dan bermanfaat tentang sunnah dan bantahan terhadap ahlulbidâah[9], yang pertama: (اÙرد عÙ٠اÙجÙÙ
ÙØ©) dan yang kedua:(اÙÙÙض عÙ٠بشر اÙÙ
رÙس٠اÙجÙÙ
Ù). Keduanya telah dicetak.
5- Imam Muhammad Bin Nashr Al Marwazi (wafat th. 294 H), beliau mempunyai kitab yang berjudul ( اÙسÙØ©), yang mengupas tentang kedudukan sunnah dan kewajiban untuk mengikutinya serta bantahan terhadap orang orang mengingkarinya, kitab ini telah di cetak.
6- Imam Abul Abbas Ibnu Suraij (wafat th. 306 H), beliau menulis kitab yang bagus tentang sunnah, sebagai jawaban terhadap pertanyaan tentang sifat Allah, dalam kitab itu beliau menjelasakan mazhab salaf dalam tauhid asmaâ dan sifat dan perkara perkara lain yang berkaitan dengan prinsip-prinsip aqidah ahlussunnah wal jamaâah.
7- Imam Ibnu Khuzaimah (wafat th. 311 H), beliau menulis kitab tentang sunnah dan tauhid dengan judul ( اÙتÙØÙد Ùإثبات صÙات اÙرب عز Ùج٠), telah di cetak.
8- Imam Abul Hasan Al Buusyanji (wafat th. 347 H), beliau menulis kitab yang berjudul (اÙتÙØÙد ÙاÙرد عÙÙ Ù
٠خاÙ٠اÙسÙØ© )[10].
9- Imam Abul âAlaaâ Al Muharibi (wafat th. 359 H).
Al Khathiib Al Bagdaadi berkata: âBeliau mempunyai karangan tentang bantahan terhadap Al Qodariyah, Al Jahmiyyah, Al Rafidhah dan yang lainâ[11].
10- Imam Abu Bakr Al Ajurri (wafat th. 360 H), beliau mengarang kitab yang sangat bagus dan bermanfaat tentang sunnah yang berjudul ( اÙشرÙعة ), dalam kitab ini beliau mengupas permasalahan aqidah islamiyah yang sesuai dengan manhaj ahlussunnah waljamaâah, dan bantahan terhadap sekte sekte yang menyelisihi Ahlussunnah dalam permasalahan tersebut, kitab ini telah dicetak.
11- Imam Abu Bakr Al Ismaâili (wafat th. 371 H), beliau memiliki kitab yang bagus tentang aqidah ahlussunnah yang berjudul ( اعتÙاد Ø£Ù٠اÙسÙØ©), kitab ini telah di cetak.
12- Imam Abul Hasan Al Malathi (wafat th. 377 H), beliau mempunyai kitab yang membahas tentang pemikiran dan idiologi sesat sebagai bantahan tehadap ahlulbidâah wal ahwaâ yang berjudul ( اÙتÙبÙÙ ÙاÙرد عÙ٠أÙ٠اÙØ£ÙÙاء ÙاÙبدع). Kitab ini telah di cetak.
13- Imam Abul Qosim Al Laalakaaâi (wafat th. 418H), beliau mengarang sebuah kitab yang bagus tentang sunnah dan aqidah ahlusunnah wajamaâah dengan judul (Ø´Ø±Ø Ø£ØµÙ٠اعتÙاد Ø£Ù٠اÙسÙØ© ÙاÙجÙ
اعة ), kitab ini termasuk ensiklopedi aqidah ahlussunnah yang memuat dalil-dalil, hadits dan perkataan ulama salaf beserta sanadnya.Kitab ini telah dicetak.
14- Imam Abu Utsman Ash Shoobuni (wafat th. 449 H), beliau menulis kitab yang bagus tentang sunnah dan aqidah ahlulhadits yang berjudul (عÙÙدة اÙسÙ٠أصØاب اÙØدÙØ«), kitab ini telah di cetak.
15- Imam Abul Qosim Az Zanjaani (wafat th. 471 H), beliau mempunyai Qoshidah dan syarahnya tentang sunnah dan aqidah ahlussunnah. Di dalamnya beliau menjelaskan pentingnya mengikuti Al qurâan dan Sunnah sesuai dengan manhaj salaf dan bahanya bidâah serta bantahan terhadap ahlul bidâah dari ahlulkalam, syiâah (rofidhah), Khawarij, Al Jahmiyyah dan yang lain.
16- Imam Abu Muzaffar As Samâani (wafat th. 489H), beliau mempunyai kitab yang bagus tentang sunnah dan pembelahan terhadap ahlussunnah yang berjudul: (اÙاÙتصار ÙأصØاب اÙØدÙØ«).
17- Imam Abul Fath Nashr Al Maqdisi (wafat th. 490H), beliau mempunyai kitab yang bagus tentang sunnah yang berjudul ( اÙØجة عÙ٠تار٠اÙÙ
Øجة), dalam kitab ini beliau menukil dalil-dalil dari Al Qurâan dan sunnah serta perkataan para ulama salaf yang memerintahkan untuk mengikuti sunnah dan larangan meninggalkannya serta celaan terhadap ilmu kalam dan para pemujanya. kitab ini telah di cetak.
18- Imam Abul Hasan Al Karji (wafat th. 532 H), beliau mempunyai kitab yang bagus tentang sunnah yang berjudul (اÙÙصÙÙ Ù٠اÙأصÙ٠ع٠اÙأئÙ
Ø© اÙÙØÙ٠إÙزاÙ
ا ÙØ°Ù٠اÙبدع ÙاÙÙضÙÙ). Dalam kitab ini beliau menukil dari duabelas imam ahlusunnah perkataan mereka tentang aqidah, diantara mereka: Imam Syafiâi, Malik, Ahmad Bin Hambal, Al Bukhari, Ibnu âUyainah, Abdullah Bin Mubarak, Al AwzaaâI dan yang lain. Dalam kitab ini beliau mencela orang orang yang membedakan antara permasalahan aqidah dan fiqh dalam mengikuti para ulama mazhab, karena para ulama mazhab tidak membedakan antara kedua permasalahan diatas kerena semuanya kembali kepada Al Qurâan dan Sunnah. Biliau berkata: âBarangsiapa yang mengatkan : saya bermazhab Syafiâi dan beraqidah asyâari, maka ini adalah dua perkara yang kontropersial, sebab tidak pernah Imam Syafiâi beraqidah asyâariâ[12].
19- Imam Qowamussunnah Abul Qosim At Taimi (wafat th. 535H), beliau menulis kitab yang mermanfaat dan bagus tentang sunnah yang berjudul (اÙØجة Ù٠بÙا٠اÙÙ
Øجة ÙÙ Ø´Ø±Ø Ø§ÙتÙØÙد ÙÙ
Ø°Ùب Ø£Ù٠اÙسÙØ©), telah di cetak.
20- Imam Yahya Bin Abil Khair Al âImraani (wafat th. 558H), beliau menulis kitab bantahan yang bagus terhadap sekte Muâtazilah Al qodariyah yang berjudul : (اÙاÙتصار Ù٠اÙرد عÙ٠اÙÙ
عتزÙØ© اÙÙدرÙØ© اÙأشرار ), kitab ini telah di cetak.
Itulah sebagian ulama Syafiâiyah dan karya tulis mereka yang menjelaskan tentang sunnah dan aqidah ahlussunnah wal jamaâah serta bantahan terhadap bermacam bidâah yang muncul dalam bab aqidah dan sekte sekte sempalan yang menisbatkan diri kepada islam dan sunnah.
Tidak terbatas pada permasalahan itu saja, tetapi mereka juga menulis kitab kitab yang mencela dan mengingkari segala perkara yang baru dan bermacam bidâah yang muncul dalam bab ibadah.
Diantara ulama Syafiâiyah dan karya tulis mereka dalam bab ini sebagai berikut:
21- Qodhi Abu Abdillah Husain Ad Dimyaati (wafat th. 648H), beliau mempunyai karya tulis yang mengkritisi bidâah dan perkara perkara baru dalam agama, yang berjudul: (اÙÙÙ
عة Ù٠أØÙاÙ
اÙبدع) [13].
22- Imam Al âIz Bin Abdussalam (wafat th. 661 H), beliau adalah seorang ulama yang karismatik yang mempunyai perang besar dalam menyeru kepada sunnah dan mengingkari bidâah, beliau mempunyai dua karya tulis yang mengingkari bidâah sholat ragaaib, yang pertama berjudul: (اÙترغÙب ع٠صÙاة اÙرغائب) yang kedua: (اÙرد عÙ٠جÙاز صÙاة اÙرغائب), keduanya telah di cetak.
23- Imam Abu Syaamah (wafat th. 665 H), beliau adalah murid Imam Al âIz Bin Abdussalam, beliau mempunyai karya tulis yang bagus tentang bidâah dengan judul: (اÙباعث عÙ٠إÙÙار اÙبدع ÙاÙØÙادث), telah di cetak.
24- Imam An Nawawi (wafat, th. 676 H), beliau adalah seorang ulama yang tidak asing di kalangan pengikut mazhab Syafiâi, beliau memiliki loyalitas tinggi kepada sunnah dan membenci bermacam bentuk bidâah, hal ini sangat jelas dalam karya tulis beliau yang bagus dan bermanfaat, seperti âSyarah shohih Muslimâ, âAl Majmuâ syarah muhazzabâ, âAl Azkarâ dan yang lain.
25- Imam Ali Bin Ibrahim Al âAththaar, (wafat th. 724H), beliau adalah murid terdekat Imam Nawawi, beliau mempunyai karya tulis yang mengingkari bermacam bidâah yang berkembang dalam bulan Rajab dan Syaâban, diantaranya bidâah sholat Nisfu syaâban yang di kenal dengan sholat alfiyyah, judul kitabnya: (ØÙÙ
صÙÙ
رجب Ùشعبا٠ÙÙ
ا اÙصÙاب عÙد Ø£Ù٠اÙعÙÙ
ÙاÙعرÙا٠ÙÙ
ا Ø£Øدث ÙÙÙÙ
ا ÙÙ
ا ÙÙزÙ
Ù Ù
٠اÙبدع اÙت٠ÙتعÙ٠إزاÙتÙا عÙ٠أÙ٠اÙØ¥ÙÙ
اÙ), telah di cetak.
26- Imam Hafizd Az Zahabi (wafat th. 748 H), beliau mempunyai karya tulis yang bagus dan bermanfaat tentang agidah dan seruan mengikuti sunnah dan penginkaran terhadap bidâah, diantaranya: (اÙعÙÙ ÙÙعÙ٠اÙعظÙÙ
) mengupas tentang dalil-dalil dari Al Qurâan dan sunnah serta perkataan ulama salaf dalam menetapkan sifat Uluw(tinggi) bagi Allah Taâala serta bantahan terhadap sekte sekte yang mengingkarinya. Diantara karangan beliau kitab (اÙتÙ
س٠باÙسÙÙ) mengupas tentang kewajiban mengikuti sunnah dan mewaspadai bidâah, dan kitab ( تشب٠اÙخسÙس بأÙ٠اÙØ®Ù
Ùس) mengupas tentang larangan menyerupai non islam dan mengikuti hari hari besar dan tradisi tradisi mereka.semuanya telah di cetak.
27- Imam Ibnu An Nahhaas (wafat th. 814 H), beliau mempunyai kitab yang bagus mengupas tentang dosa dosa besar, kemungkaran kemungkaran dan bidâah bidâah yang muncul di kalangan kaum muslimin, yang berjudul: (تÙبÙ٠اÙغاÙÙÙ٠ع٠أعÙ
ا٠اÙجاÙÙÙÙ ÙتØØ°Ùر اÙساÙÙÙÙ Ù
٠أعÙ
ا٠اÙÙاÙÙÙÙ) kitab ini telah di cetak.
28- Hafizd Ibnu Hajar Al âAsqalani (wafat th. 852 H ), beliau salah seorang ulama ahli hadits dan fiqh yang memiliki karya tulis yang banyak dalam disiplin ilmu hadits dan yang lain, peran dan usaha beliau dalam memperjuangkan sunnah dan menginkari bidâah tidak bisa di pungkiri, bahkan kitab beliau yang terkenal (ÙØªØ Ø§ÙبارÙÙÙ Ø´Ø±Ø ØµØÙØ Ø§ÙبخارÙ) sarat dengan seruan kepada sunnah dan bantahan terhadap bidâah. Bahkan beliau telah menulis kitab yang bagus dan bermanfaat yang mengkoreksi hadits hadits yang dhoiâf dan palsu yang berkaitan dengan keutamana bulan rajab dan bidâah bidâah yang mucul di dalamya, beliau beri judul dengan: (تبÙÙ٠اÙعجب بÙ
ا ÙردÙÙ Ùض٠رجب), dalam kitab ini beliau menyimpulkan bahwa seluruh hadits hadits yang menjelaskan keutamaan bulan Rajab dan keutamaan ibadah di dalamnya terkhusus hadits yang menjelaskan keutamaan sholat Ragaaib,semuanya hadits yang dhoâif (tidak shohih) atau palsu. Kitab ini telah di cetak.
29- Imam Burhanuddin Al Biqaaâi (wafat th. 885 H), beliau memiliki beberapa karya tulis yang bagus dan bermanfaat yang mengajak kepada sunnah dan mengingkari bermacam bentuk bidâah dalam aqidah dan ibadah, beliau adalah orang yang sangat tegas dan keras terhadap sekte sufi dengan bermacam pemikiran dan idiologi mereka seperti wihdatul wujud dan huluul (keyakinan bahwa Allah berada di mana mana), diantara karya tulis beliau dalam hal ini :
- (تÙبÙ٠اÙغب٠بتÙÙÙر اب٠عربÙ) dalam kitab ini beliau menukil perkataan dan pernyataan para ulama ahlussunnah dari semua mazhab yang mengkafirkan Ibnu Arabi sebagai tokoh central pemikiran wihdatul wujud.
- (تØØ°Ùر اÙعباد ٠٠أÙ٠اÙعÙاد ببدعة اÙاتØاد), kitab ini menjelaskan kekufuran pemikiran wihdatul wujud.
- (صÙاب اÙجÙاب ÙÙسائ٠اÙ٠رتاب اÙ٠جاد٠اÙ٠عارض Ù٠تÙÙÙر اب٠اÙÙارض), kitab ini membantah pernyataan sebagian orang yang meragukan kekufuran Ibnul Faaridh, salah seorang tokoh central pemikiran wihdatul wujud juga.
- (اÙسÙ٠اÙ٠سÙÙ٠اÙÙ٠اع عÙ٠اÙÙ Ùت٠اÙÙ ÙتÙ٠باÙابتداع), kitab ini sebagai bantahan terhadap seseorang yang membolehkan praktek praktek zikir yang bidâah seperti zikir jamaâI.
- (Ø¥Ùارة اÙÙÙر ب٠ا Ù٠اÙØÙ ÙÙ ÙÙÙÙØ© اÙØ°Ùر), kitab ini juga mengkoreksi dan mengingkari praktek praktek zikir jamaâI yang bidâah yang di lakuan orang sebagian kaum muslimin.
30- Hafizd As Sayuthi (wafat th. 911 H), beliau mempunyai karya tulis yang bagus yang menjelaskan kedudukan sunnah dan kewajiban untuk mengikutinya serta bantahan terhadap orang orang yang mengingkari sunnah, yang berjudul: (Ù
ÙØªØ§Ø Ø§ÙجÙØ© Ù٠اÙاعتصاÙ
باÙسÙØ©) dan kitab yang menjelaskan larangan melakukan bidâah yang berjudul: (اÙØ£Ù
ر باÙاتباع ÙاÙÙÙ٠ع٠اÙابتداع) dalam kitab ini beliau berusaha mengumpulkan bidâah bidâah yang berkaitan dengan bermacam perkara agama. Keduanya telah di cetak.
31- Syaikh Ali Mahfuz (wafat th. 1361 H), beliau salah seorang ulama kontemporer yang berasal dari Mesir, beliau memiliki sebuah karya tulis yang bagus yang mengingkari bidâah bidâah yang muncul di masyarakat Mesir dan dunia islam, yang berjudul: (اÙإبداع ÙÙ Ù
ضار اÙابتداع), kitabnya telah di cetak.
32- Syaikh Ahmad Bin Hajar Aalu Buu Thoomi (wafat th. 1423 H), salah seorang ulama ahlussunnah kontemporer berasal dari Qotar, beliau mempunyai banyak karya tulis tentang aqidah ahlussunnah dan seruan mengikuti sunnah serta larangan dari sikap taqlid dan fanatisme serta pengingkaran terhadap bidâah bidâah yang mucul di kalangan kaum muslimin, diantara tulisan beliau dalam hal ini: (سبÙ٠اÙجÙØ© باÙتÙ
س٠باÙÙرآ٠ÙاÙسÙØ©) dan (تØØ°Ùر اÙÙ
سÙÙ
Ù٠ع٠اÙابتداع ÙاÙبدع Ù٠اÙدÙÙ), keduanya telah di cetak.
Itulah diantara karya tulis ulama Syafiâiyyah yang menjelaskan tentang sunnah dan kewajiban untuk memperjuangkannya serta menyeru untuk berpegang teguh kepadanya serta celaan terhadap bidâah dan para pelakunya, hal ini menjelaskan kepada kita bahwa seluruh ulama ahlussunah dari dahulu sampai sekarang semuanya sepakat dalam mencela seluruh bentuk bidâah yang muncul dalam agama dan juga para pelakunya.
Semoga Allah Taâala merahmati mereka semua dan membalas seluruh usaha dan kebaikkan mereka dengan sebaik-baik balasan, dan semoga karya tulis yang mereka tinggalkan bermanfaat bagi islam dan kaum muslimin, dan menjadikan kita orang orang yang melanjukkan tongkat estafet perjuangan mereka dalam membela sunnah dan mengingkari bidâah, Amiin.
Sumber : Makalah Dauroh Akbar Medan.