Gagal Beri Penjelasan Soal Ninja Iran, Iran Suspend Reuters

Image634690343664843750Iran menangguhkan aktivitas Reuters di Tehran setelah Kantor Berita tersebut gagal memberikan penjelasam kepada pemirsanya saat memanipuasi laporan latihan seni bela diri Jepang, Ninjutsu yang dilakukan oleh atlet perempuan Iran. Press TV melaporkan, Selasa, 03/04/12.

Mohammad Javad Aqajari, Direktur Departemen Kebudayaan dan Bimbingan Islam untuk media asing, pada Senin (2/4) kepada IRNA mengatakan, tindakan itu diambil setelah Reuters gagal memberikan penjelasan tentang manipulasi publikasi laporan tentang atlet bela diri perempuan Iran, Ninjutsu.

Dia menambahkan, beberapa perempuan yang ikut seni bela diri tersebut adalah mahasiswa atau ibu rumah tangga. Mereka memilih olahraga ini hanya atas dasar kepentingan pribadinya.

Javad Aqajari menandaskan, laporan Reuters yang menyebut atlet Ninjutsu Iran sebagai mesin pembunuh mempunyai gaung yang sangat negatif di antara media-media asing lainnya.

"Di Republik Islam Iran, ada kemungkinan bagi perempuan untuk berlatih olahraga sesuai minat mereka dengan tetap menjaga nilai-nilai Islam demi mencapai kemajuan pada level tertinggi serta berpartisipasi dalam kompetisi internasional," ujarnya.

Javad Aqajari mengatakan, laporan Reuters tersebut membuktikan bahwa kantor berita itu berupaya memanipulasi opini publik dunia.

Pada tanggal 18 Februari, Reuters menunjukkan laporan sejumlah perempuan Iran yang sedang berlatih seni bela diri di sebuah kota dekat Tehran. Kantor berita tersebut mengklaim bahwa Iran sedang melatih lebih dari 3.000 ninja perempuan untuk menjadi mesin pembunuh atas serangan pasukan asing.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa para atlet adalah mesin pembunuh yang menyamar untuk melayani kepentingan Republik Islam.

Setelah mendapat teguran dari atlet, Reuters pada tanggal 26 Februari melakukan beberapa koreksi laporannya namun menolak untuk meminta maaf atas fitnah tersebut.

Editor-in-chief Stephen J. Adler mengatakan kesalahan "itu langsung dikoreksi pada hari yang sama saat datang laporan ke kita," tapi gagal menyebutkan koreksi setelah selang delapan hari antara publikasi pertama dari postingan.

Para atlet sebelumnya dilaporkan mengutuk laporan itu dan mengatakan bahwa laporan menyesatkan tersebut akan menjadi masalah bagi karir olahraga profesional mereka.

"Ini dapat membahayakan peluang kami untuk bepergian ke negara lain guna ambil bagian dalam turnamen global dan kejuaraan internasional, sebab Reuters dianggap oleh banyak orang sebagai sumber yang dapat dipercaya," kata seorang atlet Raheleh Davoudzadeh.

Akbar Faraji, pendiri Ninjutsu di Iran kurang lebih 22 tahun yang lalu, mengutuk tuduhan media Inggris itu dan mengatakan bahwa murid-muridnya akan melakukan tindakan hukum terhadap Reuters hingga akhir.

"Kami telah mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap Reuters dan kami berniat untuk menindaklanjutinya sejauh yang diperlukan, karena ini adalah masalah reputasi," katanya. [Islam Times/on/Press TV]