TIME: Mossad Pertimbangkan Operasi Rahasia Meneror Ilmuwan Nuklir Iran

mossadBadan intelijen Israel, Mossad, dilaporkan memertimbangkan kembali operasi rahasia mereka atas program energi nuklir Iran, yang mencakup pembunuhan ilmuwan nuklir. Fars News Agency melaporkan, Ahad, 01/04/12.

Dalam laporan yang diterbitkan di majalah TIME AS, 30/03/12 yang mengutip pernyataan pejabat senior keamanan Israel yang tak disebutkan namanya melaporkan bahwa, operasi Isrel tersebut sedikit berkurang di berbagai bidang termasuk misi profil tinggi yang didalamnya mencakup misi pembunuhan dan serangan bom kepada ilmuwan nuklir Iran.

Mereka menambahkan bahwa Mossad juga membatalkan operasi seperti merekrut mata-mata nuklir dan menggelar intelijen dilapangan.

Menurut seorang pejabat, pengurangan misi intelijen tersebut menyebabkan "meningkatnya ketidakpuasan" di dalam tubuh intelijen, Mossad.

Beberapa sumber resmi yang mengaitkan pengurangan dan keengganan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, karena dia khawatir akan hasil yang didapat dari operasi nanti.

Sebab pada laporan itu juga menjelaskan kesuksesan intelijen Iran yang telah berhasil menghacurkan jaringan teror yang dilatih dan dilengkapi oleh Mossad di Iran.

Pejabat intelijen Barat menegaskan bahwa pengakuan rinci agen Mossad, Majid Jamali Fashi, atas pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Massoud Ali Mohammadi pada Januari 2010 adalah benar. Sementara untuk menghilangkan jejak, para agen menyalahkan negara ketiga karena telah mengekspos jaringan itu.

Laporan itu menambahkan para pejabat Israel telah menyadari bahwa biaya operasi anti-Iran semakin meningkat sementara sisi lain AS tidak bersedia lagi untuk menutup mata aksi-aksi vulgar agen Mossad.

Setelah berhasil melakukan aksi teror dan pembunuhan ilmuwan nuklir, Mostafa Ahmadi-Roshan pada Januari 2012, Amerika Serikat membantah terlibat dalam pembunuhan itu dan mengeluarkan kecaman.

Para ahli, kata laporan itu berpendapat masalah nuklir Iran adalah garis depan target dalam agenda internasional. Karena itu operasi yang memalukan dapat membatalkan global front Washington yang telah dirancang jauh hari terhadap Tehran.

Mark Fitzpatrick, seorang mantan spesialis proliferasi nuklir Departemen Luar Negeri AS yang menentang pembunuhan tersebut berkata, "Itu melemahkan konsensus; Konsensus internasional tentang sanksi anti-Iran"

AS dan Israel menuduh Iran mengejar militerisasi dalam program energi nuklir dan telah berulang kali mengancam Tehran dengan pilihan serangan militer.

Tehran membantah klaim tersebut sebagai hal tak berdasar, dengan alasan bahwa sebagai anggota Badan Energi Atom Internasional dan penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi, Iran berhak memiliki teknologi nuklir damai.

Pada bulan November 2011, beberapa calon presiden AS menyerukan untuk melakukan operasi rahasia yang targetnya adalah membunuh ilmuwan nuklir Iran hingga meluncurkan serangan militer ke fasilitas nuklir serta menyabotase program nuklir Tehran.

Tuntutan untuk pembunuhan bukan hanya sekedar ancaman, karena sejumlah ilmuwan Iran telah berhail mereka teror dan bunuh terkait dengan program energi nuklir Iran sejak November 2011. [Islam Times/r/on/Fars News]