Tuduh Ninjutsu Iran Pembunuh, Reuters Dituntut

Sekelompok perempuan Iran yang berlatih bela diri menuntut kantor berita Reuters dengan tuduhan pencemaran nama baik. Bulan lalu, Reuters menurunkan tulisan yang mengklaim Iran telah melatih lebih dari 3.000 ninja perempuan di sebuah kota tak jauh dari Teheran.

Menurut tulisan tersebut, para perempuan tersebut dilatih untuk membunuh penyusup asing. Tulisan Reuters tersebut dikutip oleh sejumlah media Inggris. Kontan saja tulisan itu membuat para perempuan tersebut meradang. Mereka tidak terima dengan tuduhan sebagai pembunuh.



Akbar Faraji yang memperkenalkan bela diri Ninjutsu di Iran 22 tahun lalu, juga mengutuk tuduhan yang dimuat di media Inggris. Faraji mengatakan, murid-muridnya akan menindaklanjuti proses hukum hingga selesai.

Para atlet tersebut mengaku diwawancara oleh wartawan Reuters. Sang wartawan menanyakan apa yang akan mereka lakukan jika negara mereka diserang. Reuters memutarbalikkan jawaban patriotik para perempuan tersebut sebagai alasan untuk menyebut mereka pembunuh.

Salah satu ninja perempuan, Raheleh Davoudzadeh, mengatakan laporan Reuters dapat membahayakan peluang mereka berkompetisi di turnamen global dan kejuaraan internasional karena Reuters dianggap banyak orang sebagai sumber terpercaya. "Kami tidak bisa berbuat banyak. Karena itulah kami mengambil tindakan hukum. Kami ingin dunia tahu Reuters telah berbohong tentang kami," ujarnya, seperti dikutip dari laman irib, Kamis (29/3).

Wartawan Reuters yang melakukan wawancara telah meninggalkan Iran begitu kasus ini mengemuka. Para perempuan ini bertekad akan mempertahankan hak mereka dan menuntut mereka yang salah diadili. Reuters telah meminta maaf atas pemberitaan tersebut. Namun, imbas dari pemberitaan itu telah dirasakan oleh para atlet ninja perempuan tersebut.