Intelijen AS: Iran Adalah ancaman Global

Laporan terbaru Komunitas Intelijen (IC) Amerika Serikat soal ancaman global menekankan bahwa berbagai terobosan yang dicapai Iran di bidang rudal balistik dan produksi nasional rudal jelajah anti-kapal, semakin memancing tekanan yang lebih besar terhadap Republik Islam.

Fars News (7/3) melaporkan, analisa Komunitas Intelijen Amerika Serikat soal ancaman global disusun oleh Direktur Intelijen Nasional, James F. Clapper, pada 16 Februari 2012 dan diserahkan kepada Komisi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Dalam analisa tersebut disebutkan secara terperinci anasir-anasir pemerintah dan non-pemerintah, transformasi politik, ekonomi dan militer serta kecenderungan trans-nasional, yang semuanya mempengaruhi strategi dan taktik Amerika Serikat.

Yang pasti analisa tersebut tidak akan terlepas dari klaim-klaim infaktual tentang Republik Islam Iran.

Ancaman dari Iran

Clapper mengklaim bahwa rencana teror terhadap Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat pada 2011 menunjukkan bahwa sejumlah pejabat Iran mengubah peritungan mereka dan kini lebih cenderung untuk melancarkan serangan ke Amerika Serikat dalam mereaksi aksi-aksi faktual maupun asumtif Amerika Serikat untuk melancarkan serangan militer ke Iran. "Kita juga mengkhawatirkan perencanaan Iran dalam beraksi menyerang kepentingan Amerika Serikat atau sekutunya di luar perbatasan kita."

Kecenderungan Iran untuk mendukung serangan-serangan mendatang ke Amerika Serikat atau terhadap kepentingan kita di luar perbatasan kemungkinan dilakukan menyusul analisa Tehran soal beban kerugian akibat rencana teror terhadap Duta Besar dan juga penekanan bahwa Iran mengendalikan ancaman-ancaman terhadap Amerika Serikat.

Proliferasi

"Upaya pemerintah Iran di bidang pengembangan, pencapaian, atau proliferasi senjata destruktif massal dan sistem peluncurnya merupakan ancaman utama bagi keamanan Amerika Serikat, dan pasukan kita dan sekutu yang bertugas [di kawasan]. Ancaman dan dampak instabilitas proliferasi nuklir dan juga ancaman yang diakibatkan oleh proliferasi bahan-bahan dan teknologi nuklir yang berpotensi membantu terwujudnya program-program persenjataan biologi dan kimia yang ada saat ini dan di masa mendatang, merupakan di antara kekhawatiran kami," klaim Clapper.

Laporan IC juga menyebutkan bahwa sudah menjadi tradisi penangkalan dan diplomasi membuat banyak negara terhalang dari pencapaian senjata biologi, kimia, atau nuklir.

Adapun terkait nuklir Iran, Clapper menyebutkan bahwa berdasarkan analisa IC, Iran membuka opsi pengembangan senjata nuklir yang sebagian dari program ini dilakukan melalui pengembangan berbagai kapasitas di bidang nuklir sehingga memposisikan negara ini di tempat yang lebih baik jika [suatu saat] memutuskan untuk memproduksi senjata tersebut. Meski tidak diketahui apakah Iran pada akhirnya "akan memproduksi senjata nuklir itu atau tidak".

Kemajuan teknologi Iran khususnya di bidang pengayaan uranium, semakin memperkuat analisa kami dalam hal ini bahwa Iran memiliki kapasitas ilmiah, teknologi, dan industri untuk memproduksi senjata nuklir, dan bahwa masalah ini sangat erat kaitannya dengan kecenderungan politik. Kemajuan itu membantu IC dalam berpendapat bahwa Iran "jika mau" dapat memproduksi uranium yang diperkaya di tingkat tinggi yang digunakan untuk memproduksi senjata destruksi massal.

Rudal Balistik Iran

Di bagian lain, laporan IC juga menyinggung bahwa Iran saat ini menjadi inventor terbesar di bidang rudal balistik di Timur Tengah dan tengah mengembangkan ukuran, kapasitas, dan kompleksitas unit-unit rudal balistiknya, yang sebagian besarnya dapat dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.

Berbagai terobosan Iran di bidang rudal balistik, pencapaian, dan produksi di dalam negeri rudal-rudal jelajah anti-kapal (ASCM), semakin meningkatkan kapasitasnya dalam unjuk kekuatan. Tehran menilai rudal-rudal konvensionalnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pertahanannya—jika diperlukan untuk serangan balas dendam—untuk menarget pasukan-pasukan di kawasan termasuk pasukan Amerika Serikat.

Meski sebenarnya hanya pengulangan klaim-klaim infaktual, namun di satu sisi laporan IC itu merupakan pengakuan resmi Amerika Serikat terhadap keberhasilan dan kekuatan Iran sebagai negara yang setelah lebih dari tiga dekade menghadapi sanksi, tekanan, represi, embargo, dan boikot dari Amerika Serikat, ternyata mampu bangkit di atas kedua kakinya sendiri.

(IRIB Indonesia/MZ/SL/NA)