Tiga Ciri Khas Hamba Allah yang Bertaqwa

Ustadz Muhammad Arifin Ilham

Hudzaifah.org - Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saudara saudariku yang kucintai karena Allah. Taqwa memiliki tiga makna, yang tidak dapat dipisahkan walau dapat dibedakan. Yang pertama, ciri khas dari hamba Allah yang bertaqwa, hubbullah, sangat mencintai Allah melebihi kepada siapapun dan apapun. Hamba Allah yang beriman amat sangat mencintai Allah.

Sebagaimana nabi Allah, Ibrahim AS. Kecintaan beliau kepada Allah melebihi kepada istri dan anak beliau. Sehingga rela demi cintanya kepada Allah harus menyembelih anak yang tercinta. Demikian pula Siti Hajar, demi cintanya kepada Allah, rela mengorbankan anak kandungnya sendiri. Demikian halnya dengan Ismail AS, rela dirinya dikorbankan demi cinta kepada Allah. Subhanallah.

Kemudian yang kedua, khosyatullah. Rasa takutnya kepada Allah melebihi kepada siapapun dan apapun.

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama." (QS. Fatir: 28)

Jadi yang disebut ulama itu orang yang sangat takut kepada Allah. Rasa takutnya kepada Allah itulah membuat ia taat kepada Allah SWT. Tidak melakukan kemaksiatan dan kedzaliman. Sebaliknya bila rasa takut seseorang kepada Allah rendah, sementara keinginan maksiatnya lebih kuat, maka terjadilah kemaksiatan itu. Kalau rasa takutnya rendah tapi nafsunya kuat, maka terjadilah kedzaliman. Dan hamba Allah yang bertaqwa tidak akan melakukan kemaksiatan dan kedzaliman, karena rasa takutnya kepada Allah. "Kalau aku melakukan maksiat kepada ALlah, aku takut dengan adzab Allah di hari kiamat kelak." Ketakutannya kepada Allah ini membuat ia taat kepada Allah SWT.

Kemudian nyang ketiga, ciri istimewa dari hamba Allah yang bertaqwa adalah hati-hati, sangat berhati-hati dalam hidup yang sesaat ini. Wara', berhati-hati dengan hukum Allah. Sehingga hal-hal yang tidak bermanfaat akan dia jauhkan dari dirinya. Dan itu menjadi ciri khas dari orang Islam, hai mukmin. Meninggalkan sesuatu yang tidak bermakna.

Sehingga ia olah sedemikian rupa dirinya dalam ketaatan kepada Allah. Yang sunnah "diwajibkan" untuk dirinya. Yang makruh dia "haramkan" buat dirinya. Yang mubah, ia buat berkah. Ia tidak mau sia-sia. Wara', saking hati-hatinya, dia takut melakukan maksiat. Ia takut kalau Allah tidak mencintai dia. Sehingga dia benar-benar pelajari agama Allah, hukum-hukum Allah, agar ia benar-benar hidup dalam syariat Allah. Janganlah engkau menyembah kecuali hanya Allah, dan sembahlah Allah sesuai dengan syariat Allah. Allahu Akbar.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallaailaahailla anta astaghfiruka wa atubuilaik. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. []


Sumber : http://www.hudzaifah.org/Article286.phtml



Share