Hajat Manusia terhadap Keimanan (bag. I)

Oleh: Ulis Tofa, Lc

Kirim Print
Al Islam ibarat sebuah bangunan. Struktur bangunan Islam terdiri dari pondasi, penopang atau tiang dan atap. Pondasi Bangunan Islam adalah rukun iman, penopangnya adalah rukun Islam, dan atapnya adalah Ihsan.

Rasulullah saw mengawali dakwahnya adalah dengan membangun pondasi aqidah dan menanamkan keimanan di lubuk para sahabatnya, sebelum akhirnya Rasulullah saw mengajarkan praktek-praktek ibadah fisik. Dan ini sesuai dengan tabiat wahyu, bahwa kelompok Al Qur’an yang turun di Makkah, sebelum Nabi hijrah adalah seputar masalah aqidah dan keimanan.

Pengertian ini juga dijelaskan dalam hadits Jibril, saat berdialog dengan Rasulullah saw tentang iman, islam, ihsan dan tanda-tanda hari kiamat. Diakhir dialog tersebut Rasul menegaskan bahwa yang bertanya adalah Malaikat Jibril datang untuk mengajarkan agama.

بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر، لا يُرى عليه أثر السفر، ولا يعرفه منا أحد، حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه، ووضع كفيه على فخذيه وقال: يا محمد، أخبرني عن الإسلام، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله، وتقيم الصلاة، وتؤتي الزكاة، وتصوم رمضان، وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلاً. قال: صدقت. فعجبنا له أن يسأله ويصدقه قال: فأخبرني عن الإيمان. قال: أن تؤمن بالله وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره. قال: صدقت. قال: فأخبرني عن الساعة.قال: ما المسؤول عنها بأعلم من السائل. قال فأخبرني عن أماراتها. قال: أن تلد الأمة ربتها، وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان ثم انطلق فلبثت ملياً، ثم قال: يا عمر، أتدري من السائل؟ قلت: الله ورسوله أعلم. قال: فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم ” رواه مسلم “

Artinya: “Sesungguhnya Jibril pernah datang kepada Nabi dalam bentuk seorang Arab Badui, lalu ia bertanya kepadanya tentang islam, maka Nabi menjawab, “Islam itu, ialah hendaknya engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, engkau keluarkan zakat, engkau puasa bulan Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu pergu ke sana. Lalu Jibril bertanya apakah Iman itu? Nabi menjawab, “Yaitu hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada para Utusan-Nya, bangkit dari kubur sesudah mati, dan hendaknya engkau beriman kepada takdir tentang takdir baik dan buruknya. Jibril bertanya lagi, apakah ihsan itu? Nabi menjawab, yaitu hendaknya engkau menyembah Allah yang seolah-olah engkau melihat Allah, sekalipun engkau tidak bisa melihat-Nya tetapi Ia bisa melihat engkau. Kemudian dalam akhir Hadist itu dikatakan Rasulullah saw bersabda (kepada para sahabatnya): Dia itu Jibril, Ia datang kepadamu untuk mengajarkan tentang agamamu.” HR. Bukhari dan Muslim.

Maka apabila struktur pondasi suatu bangunan itu kokoh, sebesar dan sekuat apapun bangunan diatasnya akan tetap berdiri tegak, sebaliknya jika pondasi kropos maka bangunan itupun akan hancur.

Aqidah atau keimanan jualah yang menyelamatkan manusia dari siksa api neraka dan dimasukkan ke surganya Allah swt. Rasulullah saw bersabda: “Akan dikeluarkan dari api neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illa Allah dan ia memiliki kebaikan walau seberat biji atom.” HR. Bukhari dan mUslim.

DEFINISI AQIDAH

Aqidah berasal dari kata عقد-يعقد-عقيدة

Artinya ikatan. Aqdul bai’ dan aqdun nikah satu akar kata yang artinya ikatan jual beli dan ikatan nikah .

Aqidah bentuk katanya / wazannya adalah fa’iilah bimakna maf’uulah.Artinya sesuatu yang diikat, dikuatkan dan tertancap kuat di hati pelakunya.

Aqidah Secara istilah adalah:

الايمان الصادق الجازم في كل قلب مؤمن

Keimanan yang benar yang terpatri dihati setiap mukmin.

Hajat Manusia terhadap Aqidah

1. Kebutuhan Akal Terhadap Pengetahuan Tentang Fenomena Alam Semesta

Manusia membutuhkan aqidah shahihah / keimanan yang benar justru terdorong dari kebutuhan mereka akan pengetahuan tentang hakekat diri manusia, kebutuhan akan pengetahuan tentang fenomena alam semesta yang besar ini. Atau dengan kata lain pengetahuan tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menyibukkan para filosof dari kebanyakan manusia, namun mereka tidak mampu menjawab dengan cespleng dan menentramkan hati.

Manusia senantiasa terbayangi pertanyaan-pertanyaan besar yang mendesak membutuhkan jawaban:

Dari mana? Mau kemana? Dan untuk apa?.

a) Dari mana saya datang? Dari mana alam semesta yang besar ini ada? Apakah saya ada dengan sendirinya? Ataukah ada Khaliq / Pencipta yang mengadakan saya? Siapa Dia? Apa hubungan saya dengan-Nya?

b) Kemana terminal akhir dari perjalanan singkat dimuka bumi ini ? Ada apa setetah mati… apakah kehidupan berakhir dengan datangnya kematian? Atau apakah dibalik kematian ada kehidupan dimana kebaikan sekecil apapun akan dibalas dengan kebaikan dan sekecil apapun kejahatan akan dibalas dengan balasan setimpal?

c) Mengapa manusia diciptakan? Mengapa manusia dibekali akal dan kehendak? Mengapa semua apa yang dilangit dan dibumi ditundukkan untuk manusia? Apa tujuan diciptakannya manusia? Bagaimana cara manusia menyingkap rahasianya?

Pertanyaan-pertanyaan itu membutuhkan jawaban. Dan tidak akan menemukan jawaban yang benar dan memuaskan kecuali kembali kepada aqidah shahihah dan keimanan yang benar.

Yaitu aqidah yang mengenalkan manusia bahwa ia adalah makhluk/yang diciptakan oleh Khaliq / Sang Pencipta Yang Maha Agung. Allah swt berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,” Qs. Al Baqarah: 21

Keimanan bahwa Allah swt. menciptakan manusia dan menyempurnakannya, QS. Al A’la : 2. Allah swt. meniupkan ruh-Nya kepada manusia. ”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. “ QS. As Sajdah: 9. Allah swt. menghamparkan nikmat-nikmat-Nya dan kemudahan-kemudahan-Nya bagi manusia QS. Saba’:15.

Aqidah yang mengenalkan manusia akan terminal akhir manusia setelah kehidupan dan kematian.

إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا إِنَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُون

”Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” QS. Yunus: 4.

Aqidah yang mengenalkan manusia bahwa kematian bukanlah kehancuran semata, tetapi kematian adalah perpindahan menuju kehidupan lain yaitu kehidupan barzakh. Semua yang bernafas akan meninggal dan akan dibangkitkan kembali.

“Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).” QS. Ali Imran: 25.

Aqidah yang mengenalkan manusia: Mengapa manusia diciptakan? Allah swt. berfirman, ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” QS Ad Dzariat: 56

Aqidah yang menjelaskan mengapa manusia dimulyakan dan dilebihkan atas makhluk lainnya?

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي ءَادَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” QS Al Isra’ : 70

Aqidah yang menjelaskan bahwa di dunia ini semata-mata rumah cobaan, adalah untuk semata-mata beribadah kepada Allah Yang Maha Esa, adalah untuk memakmurkan bumi dan memberdayakannya sesuai dengan yang Allah swt ridhoi.

Manusia yang tidak hidup dengan aqidah dan keimanan yang benar, pasti celaka dan dimurkai. Ia terkungkung dalam kegelapan syakwa sangka, ketidak pastian dan kebodohan. Allahu A’lam Bishsawab.


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/hajat-manusia-terhadap-keimanan-bag-i/



Share