Kekerasan di Tengah Kesepakatan Rezim Yaman

ImageYaman melewati hari-hari berdarah. Pemberitaan soal pembantaian tentara Yaman terhadap para pendemo damai di negara terus dipublikasikan media-media dunia. Opini umum kian menyudutkan rezim Yaman di bawah kendali Presiden Ali Abdullah Saleh. Demo warga yang berjumlah jutaan, terus ditayangkan berbagai stasiun televisi Arab. Masyarakat bahkan sudah terlatih melakukan gerakan fantastik secara massal yang mencerminkan tekad bulat rakyat untuk menggulingkan diktator Abdullah Saleh.


Dalam pembantaian terbaru terhadap para demonstran damai, lebih dari 40 warga dilaporkan tewas dan terluka di kota Taiz, selatan Yaman pada hari Selasa (25/10/2011). Pemandangan sejumlah kota, termasuk Sanaa, dipenuhi dengan tank dan tentara-tentara yang siap menarget para pendemo. Bahkan dilaporkan, puluhan warga tewas di Sanaa dalam beberapa hari terakhir ini. Situs Sahwa Net dalam laporannya juga menyebutkan, tentara Yaman menembakkan gas beracun ke para demonstran. Selain itu, para tentara juga menembakkan peluru ke para demonstran dari atap-atap gedung. Semua ini menunjukkan kekejian rezim Abdullah Saleh dalam menyikapi para pendemo.


Masih mengenai kekejian rezim Abdullah Saleh, sejumlah warga yang terluka dan dibaringkan di rumah sakit juga menjadi target penculikan oleh rezim Abdullah Saleh. Para tentara rezim Abdullah Saleh dalam beberapa hari ini menunjukkan sikap brutal terhadap para demonstran. Padahal sebelumnya, demonstran bersikap toleran dalam menyikapi para pendemo. Bahkan dalam beberapa kesempatan, para tentara nampak akur dengan para pendemo.


Brutalnya para tentara Yaman bersamaan dengan pengerahan pasukan bantuan dari Saudi. Untuk itu, sejumlah analis menduga bahwa para tentara yang bersikap brutal terhadap para pendemo adalah pasukan Arab Saudi. Dari sisi lain, ada yang menyebutkan bahwa para tentara Yaman terlibat dalam kekerasan karena mendapat tekanan dari pasukan Saudi. Ketika militer berpihak pada rakyat, rezimpun tidak akan bertahan lama. Karena itu, Abdullah Saleh melarikan diri ke Arab Saudi. Namun sekembali dari Saudi, Saleh kembali melakukan negosiasi dengan kelompok-kelompok oposisi, namun semua itu masih belum meredakan kondisi.


Hari Selasa, rezim Saleh menandatangani gencatan senjata dengan Mayjen Mohsein al Ahmar yang bergabung bersama kelompok-kelompok oposisi. Kesepakatan itu juga disaksikan delegasi lokal yang dipimpin Wakil Presiden Yaman Abdul Rabu Mansur Hadi. Dalam kesepakatan itu tertuang bahwa rezim dan kelompok oposisi menyetujui pembebasan para tahanan dari kedua pihak. Selain itu, Abdullah Saleh dalam perkembangan terbaru menyatakan sepakat atas prakarsa Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC).


Namun muncul sebuah pertanyaan; Mengapa Abdullah Saleh dalam beberapa hari ini menggunakan kekerasan di tengah kesepakatan-kesepakatan dengan pihak-pihak lain?! Sementara itu, Gerakan Pemuda Revolusi Yaman mengirimkan data ke PBB yang menyebutkan bahwa minimal 861 warga tewas di tangan tentara rezim dan 25 ribu lainnya terluka. Meski demikian, rakyat Yaman tetap gigih melawan kekuatan diktator Abdullah Saleh. (IRIB/AR)