Akhir Dari Pengabdian Mubarak

ImageSebuah laporan terbaru mengungkapkan ketika revolusi meletus di negara Afrika Utara itu pada bulan Februari. Mantan presiden Mesir Hosni Mubarak meminta dukungan kepada para sekutunya, akan tetapi para pejabat AS, Israel dan Eropa menolak terhadap permintaannya.


Menurut Rose al-Yousef, sebuah majalah mingguan Mesir, Mubarak menelepon Presiden AS Barack Obama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Direktur Mossad Tamir Pardo dan beberapa pejabat Eropa pada akhir Februari, namun tidak satupun dari mereka yang menawarkan dukungan.


Ketika Mubarak, yang memerintah Mesir selama 30 tahun di bawah dukungan langsung AS dan Israel, mengontak Obama untuk berbicara, teleponnya bahkan diputus, kata laporan itu.


Diktator Mesir juga menghubungi Netanyahu dengan telepon satelit - menggunakan provider lyang berbasis di Saudi - untuk meminta bantuan, tetapi PM Israel itu mengatakan tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang.


Kepala Mossad Israel juga menolak permintaan Mubarak, dengan alasan ia takut setiap campur tangan Tel Aviv akan memperburuk sentimen anti-Mubarak.


Menurut laporan itu, Mubarak menghubungi kantor PM Israel setiap jam pada hari tertentu, tapi semua panggilan itu dialihkan ke sehari berikutnya.
Para pemimpin Eropa, yang dekat dengan Mubarak, dilaporkan memberikan tanggapan serupa, dengan alasan bahwa menurut protokol internasional ia bukan lagi Presiden Mesir.


Ratusan orang tewas selama revolusi Mesir, yang menyebabkan jatuhnya Mubarak. Ia sedang dalam tahanan polisi di rumah sakit Mesir. Diktator itu dilaporkan menderita serangan jantung berulang kali selama proses interogasi.


Putra Mubarak juga ditahan atas tuduhan korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
Menteri kehakiman Mesir mengatakan, Mubarak dapat dihukum mati jika terbukti bersalah. (irib)